Minggu, 06 Februari 2011

BAHASA INDONESIA

Huruf dan Aksara dalam Bahasa Indonesia

Huruf adalah sama juga dengan Aksara yaitu unsur dari abjad yang melambangkan bunyi. Abjad dalam Bahasa Indonesia terdiri atas 26 huruf.
Dua puluh enam (26) Abjad dalam Bahasa Indonesia
1. Huruf A / a dibaca a
2. Huruf B / b dibaca be
3. Huruf C / c dibaca ce
4. Huruf D / d dibaca de
5. Huruf E / e dibaca e
6. Huruf F / f dibaca ef
7. Huruf G / g dibaca ge
8. Huruf H / h dibaca ha
9. Huruf I / I dibaca i
10. Huruf J / j dibaca je
11. Huruf K / k dibaca ka
12. Huruf L / l dibaca el
13. Huruf M / m dibaca em
14. Huruf N / n dibaca en
15. Huruf O / o dibaca o
16. Huruf P / p dibaca pe
17. Huruf Q / q dibaca qi
18. Huruf R / r dibaca er
19. Huruf S / s dibaca es
20. Huruf T / t dibaca te
21. Huruf U / u dibaca u
22. Huruf V / v dibaca ve
23. Huruf W / w dibaca we
24. Huruf X / x dibaca eks
25. Huruf Y / y dibaca ye
26. Huruf Z / z dibaca zet

Macam-Macam Huruf atau Aksara dalam Bahasa Indonesia

Dalam Bahasa Indonesia, Huruf dibagi menjadi empat kelompok, yakni :
1. Huruf Vokal atau Huruf Hidup
Huruf Vokal adalah bunyi ujaran akibat adanya udara yang keluar dari paru-paru tidak terkena hambatan atau halangan. Jumlah huruf vokal ada 5, yaitu a, i, u, e, dan o.
2. Huruf Konsonan atau Huruf Mati
Huruf Konsonan adalah bunyi ujaran akibat adanya udara yang keluar dari paru-paru mendapatkan hambatan atau halangan. Jumlah huruf konsonan ada 21 buah, yaitu b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
3. Huruf Diftong atau Huruf vokal Rangkap
Huruf diftong adalah gabungan dua buah huruf vokal yang menghasilkan bunyi rangkap. Dalam Bahasa Indonesia huruf diftong berbentuk ai, au, dan oi. Contoh : Bangau, Pakai, Sengau, Perangai, dsb.
4. Huruf Konsonan Rangkap
Gabungan dua huruf konsonan ada 4 buah dalam bahasa indonesia, yaitu : kh, ng, ny, dan sy. Contohnya : nyamuk, syarat, kumbang, khawatir, dsb.

Struktur Suku Kata dalam Bahasa Indonesia

Suku kata dalam Bahasa Indonesia bisa tersusun dari satu hingga banyak suku kata. Suku kata adalah pembagian kata sesuai dengan pembagian lafal atau bunyinya. Contohnya dapat dilihat di bawah ini :
- alur ===> a - lur
- program ===> pro - gram
- kawan ===> ka - wan
- manfaat ===> man - fa - at
- transaksi ===> tran - sak - si
- transmigran ===> trans - mi - gran
- capung ===> ca - pung
- keranda ===> ke - ran - da
- maksud ===> mak- - sud
- rangkaian ===> rang - kai - an

Ejaan Yang Disempurnakan atau EYD dalam Bahasa Indonesia

Ejaan yang disempurnakan atau yang lebih dekenal dengan singkatan EYD adalah ejaan yang mulai resmi dipakai dan digunakan di Indonesia tanngal 16 agustus 1972. Ejaan ini masih tetap digunakan hingga saat ini. EYD adalah rangkaian aturan yang wajib digunakan dan ditaati dalam tulisan bahasa indonesia resmi. EYD mencakup penggunaan dalam 12 hal, yaitu penggunaan huruf besar (kapital), tanda koma, tanda titik, tanda seru, tanda hubung, tanda titik koma, tanda tanya, tanda petik, tanda titik dua, tanda kurung, tanda elipsis, dan tanda garis miring.
1. Penggunaan Huruf Besar atau Huruf Kapital
a. Huruf pertama kata ganti "Anda"
- Ke mana Anda mau pergi Bang Toyib?
- Saya sudah menyerahkan uang itu kepada Anda setahun yang lalu untuk dibelikan PS3.
b. Huruf pertama pada awal kalimat.
- Ayam kampus itu sudah ditertibkan oleh aparat pada malam jumat kliwon kemarin.
- Anak itu memang kurang ajar.
- Sinetron picisan itu sangat laku dan ditonton oleh jutaan pemirsanya sedunia.
c. Huruf pertama unsur nama orang
- Yusuf Bin Sanusi
- Albert Mangapin Sidabutar
- Slamet Warjoni Jaya Negara
d. Huruf pertama untuk penamaan geografi
- Bunderan Senayan
- Jalan Kramat Sentiong
- Sungai Ciliwung
e. Huruf pertama petikan langsung
- Pak kumis bertanya, "Siapa yang mencuri jambu klutuk di kebunku?"
- Si panjul menjawab, "Aku tidak Mencuri jambu klutuk, tetapi yang kucuri adalah jambu monyet".
- "Ngemeng aja lu", kata si Ucup kepada kawannya si Maskur.
f. Huruf pertama nama jabatan atau pangkat yang diikuti nama orang atau instansi.
- Camat Pesanggrahan
- Profesor Zainudin Zidane Aliudin
- Sekretaris Jendral Departemen Pendidikan Nasional
g. Huruf Pertama pada nama Negara, Pemerintahan, Lembaga Negara, juga Dokumen (kecuali kata dan).
- Mahkamah Internasional
- Republik Rakyat Cina
- Badan Pengembang Ekspor Nasional
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
Under Construction

Pengertian Kalimat dan Unsur Kalimat

Kalimat adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu pengertian dan pola intonasi akhir. Kalimat dapat dibagi-bagi lagi berdasarkan jenis dan fungsinya yang akan dijelaskan pada bagian lain. Contohnya seperti kalimat lengkap, kalimat tidak lengkap, kalimat pasif, kalimat perintah, kalimat majemuk, dan lain sebagainya.
Berikut ini adalah contoh kalimat secara umum :
- Joy Tobing adalah pemenang lomba Indonesian Idol yang pertama.
- Pergi!
- Bang Napi dihadiahi timah panas oleh polisi yang mabok minuman keras itu.
- The Samsons sedang konser tunggal di pinggir pantai ancol yang sejuk dan indah.
Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan membentuk kalimat yang mengandung arti. Unsur-unsur inti kalimat antara lain SPOK :
- Subjek / Subyek (S)
- Predikat (P)
- Objek / Obyek (O)
- Keterangan (K)

Kalimat Lengkap dan Kalimat Tidak Lengkap

1. Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang setidaknya terdiri dari gabungan minimal satu buah subyek dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat lengkap. Contoh kalimat Lengkap :
- Presiden SBY (S) membeli (P) buku gambar (O)
- Si Jarwo (S) Pergi (P)
- PKI (S) digagalkan (P) TNI (O)
2. Kalimat Tidak Lengkap
Kalimat tidak lengkap adalah kamilat yang tidak sempurna karena hanya memiliki sabyek saja, predikat saja, objek saja atau keterangan saja. Kalimat tidak lengkap dapat berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan kekaguman. Contoh kalimat tak lengkap :
- Selamat sore
- Silakan Masuk!
- Kapan menikah?
- Hei, Kawan...

Kalimat Aktif dan Kalimat Pasif

1. Kalimat Aktif
Kalimat Aktif adalah kalimat di mana subyeknya melakukan suatu perbuatan atau aktifitas. Kalimat aktif biasanya diawali oleh awalan me- atau ber- dibagi menjadi dua macam :
a. Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang memiliki obyek penderita
- Ayah membeli daging
- Kadir merayu gadis desa
- Bang Jajang bertemu Juminten
b. Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak memiliki obyek penderita
- Adik menangis
- Umar berantem
- Sejak dahulu kala Junaidi merenung di dalam tempat persembunyiannya di Batu Malang
2. Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subyeknya dikenai suatu perbuatan atau aktifitas. Kalimat pasif biasanya diawali oleh awalan ter- atau di-
- Pak Lurah dimintai pertanggung jawaban oleh Pak Camat
- Ayam dipukul Kucing
- Bunga anggrek hitam itu terinjak si lay

Mengubah Kalimat Aktif menjadi Kalimat Pasif dan Kalimat Pasif manjadi Kalimat Aktif

Untuk mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif dan juga sebaliknya dapat dilakukan langkah-langkah mudah berikut ini :
1. Mengubah awalan pada Predikat
Yaitu menukar awalan me- atau ber- dengan di- atau ter- dan begitu sebaliknya.
2. Menukar Subyek dengan Obyek dan sebaliknya
Menukar kata benda yang tadinya menjadi obyek menjadi subyek dan begitu sebaliknya.
Contoh :
Ibu memasak sayur => Sayur dimasak oleh ibu.
Joni berkawan dengan Ariel => Ariel dikawani Joni

Sinonim, Antonim dan Homonim

A. Sinonim
Sinonim adalah suatu kata yang memiliki bentuk yang berbeda namun memiliki arti atau pengertian yang sama atau mirip. Sinomin bisa disebut juga dengan persamaan kata atau padanan kata.
Contoh Sinonim :
- binatang = fauna
- bohong = dusta
- haus = dahaga
- pakaian = baju
- bertemu = berjumpa
B. Antonim
Antonim adalah suatu kata yang artinya berlawanan satu sama lain. Antonim disebut juga dengan lawan kata.
Contoh Antonim :
- keras x lembek
- naik x turun
- kaya x miskin
- surga x neraka
- laki-laki x perempuan
- atas x bawah
C. Homonim
Homonim adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda tetapi lafal atau ejaan sama. Jika lafalnya sama disebut homograf, namun jika yang sama adalah ejaannya maka disebut homofon.
Contoh Homograf :
- Amplop
+ Untuk mengirim surat untuk bapak presiden kita harus menggunakan amplop (amplop = amplop surat biasa)
+ Agar bisa diterima menjadi pns ia memberi amplop kepada para pejabat (amplop = sogokan atau uang pelicin)
- Bisa
+ Bu kadir bisa memainkan gitar dengan kakinya (bisa = mampu)
+ Bisa ular itu ditampung ke dalam bejana untuk diteliti (bisa = racun)
Contoh Homofon :
- Masa dengan Massa
+ Guci itu adalah peninggalan masa kerajaan kutai (masa = waktu)
+ Kasus tabrakan yang menghebohkan itu dimuat di media massa (massa = masyarakat umum)
Tambahan :
- Anonim adalah tidak memiliki nama atau tidak diberikan nama.

Majas / Gaya Bahasa dalam Bahasa Indonesia

Majas adalah gaya bahasa dalam bentuk tulisan maupun lisan yang dipakai dalam suatu karangan yang bertujuan untuk mewakili perasaan dan pikiran dari pengarang. Majas dibagi menjadi beberapa macam, yakni majas perulangan, pertentangan, perbandingan dan pertautan. Dalam artikel ini hanya dijelaskan perbandingan dan pertentangan.
1. Gaya bahasa perbandingan
A. Majas Metafora
Majas metafora adalah gabungan dua hal yang berbeda membentuk suatu pengertian yang baru. Contoh : raja siang, kambing hitam, dll.
B. Majas Alegori
Majas alegori adalah cerita yang digunakan sebagai lambang yang digunakan untuk pendidikan. Contoh : anjing dan kucing, kelinci dan kura-kura, dsb
C. Majas Personifikasi
Majas personifikasi adalah gaya bahasa yang membuat banda mati seolah-olah hidup memiliki sifat-sifat manusia. Contoh :
- Kereta api tua itu meraung-raung di tengah kesunyian malam jumat pahing.
- awan menari-nari di angkasa
D. Majas Perumpamaan
Majas perumpamaan adalah suatu perbandingan dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama. Contoh :
- Bagaikan harimau pulang kelaparan
- Seperti manyulam di kain lapuk
E. Majas Antilesis
Majas antilesis adalah gaya bahasa yang membandingkan dua hal yang berlawanan. Contoh :
- Semua kebaikan ayahnya dibalas dengan keburukan yang menyakitkan.
2. Gaya Bahasa Pertentangan
A. Majas Hiperbola
Majas hiperbola adalah suatu gaya bahasa yang bersifat melebih-lebihkan. Contoh :
- Ibu itu terkejut setengah mati ketika mendengar anaknya tidak lulus ujian nasional.
B. Majas Ironi
Majas ironi adalah gaa bahasa yang bersifat menindir dengan halus. Contoh :
- Pandai sekali kau baru datang ketika rapat mau selesai
C. Majas Litotes
Majas litotes adalah gaya bahasa yang mengungkapkan sesuatu yang baik menjadi bersifat negatif. Contoh :
- Mampirlah ke gubuk saya! (padahal rumahnya besar dan mewah)

Idiom / Ungkapan dan Peribahasa dalam Bahasa Indonesia

1. Idiom
Idiom atau disebut juga dengan ungkapan adalah gabungan kata yang membentuk arti baru di mana tidak berhubungan dengan kata pembentuk dasarnya. Berikut ini adalah beberapa contoh idiom dengan artinya :
- cuci mata = cari hiburan dengan melihat sesuatu yang indah
- kambing hitam = orang yang menjadi pelimpahan suatu kesalahan yang tidak dilakukannya
- jago merah = api dalam kebakaran
- kupu-kupu malam = wanita penghibur atau pelacur komersial
- ringan tangan = kasar atau suka melakukan tindak kekerasan
- hidung belang = pria yang merupakan pelanggan psk atau pekerja seks komersil
2. Peribahasa
Peri bahasa adalah suatu kiasan bahasa yang berupa kalimat atau kelompok kata yang bersifat padat, ringkas dan berisi tentang norma, nilai, nasihat, perbandingan, perumpamaan, prinsip dan aturan tingkah laku. Berikut ini adalah beberapa contoh peribahasa dengan artinya :
- Di mana bumi dipijak di sana langit di junjung
artinya : jika kita pergi ke tempat lain kita harus menyesuaikan, menghormati dan toleransi dengan budaya setempat.
- Tiada rotan akar pun jadi
artinya : tidak ada yang bagus pun yang jelek juga tidak apa-apa.
- Buah yang manis biasanya berulat
artinya : kata-kata yang manis biasanya dapat menyesatkan atau menjerumuskan.
- Tak ada gading yang tak akan retak
artinya : Tidak ada satu pun yang sempurna, semua pasti akan ada saja cacatnya

Perbedaan Antara Sastra Baru Dengan Sastra Lama

A. Sastra Lama
Sastra lama adalah sastra yang berbentu lisan atau sastra melayu yang tercipta dari suatu ujaran atau ucapan. Sastra lama masuk ke indonesia bersamaan dengan masuknya agama islam pada abad ke-13. Peninggalan sastra lama terlihat pada dua bait syair pada batu nisan seorang muslim di Minye Tujuh, Aceh.
Ciri dari sastra lama yaitu :
- Anonim atau tidak ada nama pengarangnya
- Istanasentris (terikat pada kehidupan istana kerajaan)
- Tema karangan bersifat fantastis
- Karangan berbentuk tradisional
- Proses perkembangannya statis
- bahasa klise
Contoh sastra lama : fabel, sage, mantra, gurindam, pantun, syair, dan lain-lain.
B. Sastra Baru
Sastra baru adalah karya sastra yang telah dipengaruhi oleh karya sastra asing sehingga sudah tidak asli lagi.
Ciri dari sastra baru yakni :
- Pengarang dikenal oleh masyarakat luas
- Bahasanya tidak klise
- Proses perkembangan dinamis
- tema karangan bersifat rasional
- bersifat modern / tidak tradisional
- masyarakat sentris (berkutat pada masalah kemasyarakatan)
Contoh sastra baru : novel, biografi, cerpen, drama, soneta, dan lain sebagainya.

Pengertian Paragraf / Alinea dan Bagian dari Paragraf - Bahasa Indonesia

Paragraf adalah suatu bagian dari bab pada sebuah karangan atau karya ilmiah yang mana cara penulisannya harus dimulai dengan baris baru. Paragraf dikenal juga dengan nama lain alinea. Paragraf dibuat dengan membuat kata pertama pada baris pertama masuk ke dalam (geser ke sebelah kanan) beberapa ketukan atau spasi. Demikian pula dengan paragraf berikutnya mengikuti penyajian seperti paragraf pertama.
- Syarat sebuah paragraf
Di setiap paragraf harus memuat dua bagian penting, yakni :
1. Kalimat Pokok
Biasanya diletakkan pada awal paragraf, tetapi bisa juga diletakkan pada bagian tengah maupun akhir paragraf. Kalimat pokok adalah kalimat yang inti dari ide atau gagasan dari sebuah paragraf. Biasanya berisi suatu pernyataan yang nantinya akan dijelaskan lebih lanjut oleh kalimat lainnya dalam bentuk kalimat penjelas.
2. Kalimat Penjelas
Kalimat penjelas adalah kalimat yang memberikan penjelasan tambahan atau detail rincian dari kalimat pokok suatu paragraf.
- Bagian-Bagian Suatu Paragraf yang Baik
A. Terdapat ide atau gagasan yang menarik dan diperlukan untuk merangkai keseluruhan tulisan.
B. Kalimat yang satu dengan yang lain saling berkaitan dan berhubungan dengan wajar

3 Bagian Kerangka Karangan Dalam Menulis Tulisan / Karya Tulis - Unsur Pokok Utama & Penting Membuat Tulisan - Bahasa Indonesia

Dalam setiap karangan biasanya terdiri atas tiga bagian struktur pokok atau kerangka karangan, yaitu :
1. Pendahuluan
Bagian pendahuluan adalah bagian yang menjelaskan tema yang akan diterangkan pada karya tulis tersebut secara padat, jelas dan ringkas kepada para pembaca.
2. Puncak / Klimaks
Bagian klimaks adalah bagian di mana konflik cerita yang terjadi di antara tokoh-tokoh muncul. Kejadian dalam konflik bisa bermacam-macam bentuknya mulai dari yang ringan sampai yang rumit, dari yang sekali hingga yang berkali-kali dan lain sebagainya.
3. Penyelesaian
Bagian Penyelesaian adalah bagian yang berisi jawaban penyelesaian dari konflik dalam cerita. Kesimpulan akhir cerita bisa berakhir bahagia dan bisa pula berkhir tragis.
----
Tambahan
- Membuat Karangan Karya Sastra yang Baik :
a. Jelas dan padat bahasanya serta gaya bahasa yang menarik.
b. Judul cerita yang menarik untuk menarik perhatiaan
c. Judul dengan isi tulisan harus sesuai dan nyambung

Makna Kata Ulang Dalam Bahasa Indonesia - Arti Pengertian Perulangan Kata

Kata ulang sangat banyak digunakan dalam percakapan kita sehari-hari dalam bahasa Indonesia. Lihat saja kata sehari-hari pada kalimat di atas adalah termasuk kata ulang. Di bawah ini merupakan arti dari kata ulang yang ada di Indonesia, yaitu antara lain :
1. Kata ulang yang menyatakan banyak tidak menentu
Contoh :
- Di tempat kakek banyak pepohonan yang rimbun dan lebat sekali.
- Pulau-pulau yang ada di dekat perbatasan dengan negara lain perlu diperhatikan oleh pemerintah.
2. Kata ulang yang menyatakan sangat
Contoh :
- Jambu merah pak raden besar-besar dan memiliki kenikmatan yang tinggi.
- Anak kelas 3 ipa 1 orangnya malas-malas dan sangat tidak koperatif.
3. Kata ulang yang menyatakan paling
Contoh :
- Setinggi-tingginya Joni naik pohon, pasti dia akan turun juga.
- Mastur dan Bornok mencari kecu sebanyak-banyaknya untuk makanan ikan cupang kesayangannya.
4. Kata ulang yang menyatakan mirip / menyerupai / tiruan
Contoh :
- Adik membuat kapal-kapalan dari kertas yang dibuang Pak Jamil tadi pagi.
- Si Ucup main rumah-rumahan sama si Wati seharian di halaman rumah.
5. Kata ulang yang menyatakan saling atau berbalasan
Contoh :
- Ketika mereka berpacaran selalu saja cubit-cubitan sambil tertawa.
- Saat lebaran biasanya keluarga di rt.4 kunjung-kunjungan satu sama lain.
6. Kata ulang yang menyatakan bertambah atau makin
Contoh :
- Biarkan dia main hujan! lama-lama dia akan kedinginan juga.
- Ayah meluap-luap emosinya ketika tahu dirinya masuk perangkap penipu kartu kredit.
7. Kata ulang yang menyatakan waktu atau masa
Contoh :
- Orang katro dan ndeso itu datang ke rumahku malam-malam.
- Datang-datang dia langsung tidur di kamar karena kecapekan.
8. Kata ulang yang menyatakan berusaha atau penyebab
Contoh :
- Setelah kejadian itu dia menguat-nguatkan diri mencoba untuk tabah.
9. Kata ulang yang menyatakan terus-menerus
Contoh :
- Anjing buduk dan rabies itu suka mengejar-ngejar anak kecil yang lewat di dekat kandangnya yang bau.
- Mirnawati selalu bertanya-tanya pada dirinya apakah kesalahannya pada Bram dapat termaafkan.
10. Kata ulang yang menyatakan agak (melemahkan arti)
Contoh :
- Karena berjalan sangat jauh kaki si Adul sakit-sakit semua.
- Jangan tergesa-gesa begitu dong! Nanti jatuh.
11. Kata ulang yang menyatakan beberapa
Contoh :
- Sudah bertahun-tahun nenek tua itu tidak bertemu dengan anak perempuannya yang pergi ke Hong Kong.
- Mas parto berminggu-minggu tidak apel ke rumahku. Ada apa ya?
12. Kata ulang yang menyatakan sifat atau agak
Contoh :
- Lagak si bencong itu kebarat-baratan kayak dakocan.
- Wajahnya terlihat kemerah-merahan ketika pujaan hatinya menyapa dirinya.
13. Kata ulang yang menyatakan himpunan pada kata bilangan
Contoh :
- Coba kamu masukkan gundu bopak itu seratus-seratus ke dalam tiap plastik!
- Jangan beli beyblade banyak-banyak nak! Nanti uang sakumu habis.
14. Kata ulang yang menyatakan bersengang-senang atau santai
Contoh :
- Dari tadi padi si Bambang kerjanya cuma tidur-tiduran di sofa.
- Ular naga panjangnya bukan kepalang berjalan-jalan selalu riang kemari.

Pentingnya Komunikasi Dalam Kehidupan Sehari-Hari - Pengertian Arti Definisi, Manfaat Dan Masalah

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain.
Selain itu dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi yang baik sangat penting untuk berinteraksi antar personal maupun antar masyarakat agar terjadi keserasian dan mencegah konflik dalam lingkungan masyarakat.Dalam hubungan bilateral antar negara diperlukan juga komunikasi yang baik agar hubungan tersebut dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Contoh Manfaat komunikasi adalah dalam hubungan bilateral antar negara, seperti yang terjadi antara Indonesia dengan Malaysia. Dengan adanya komunikasi yang terjalin dengan baik maka timbul kerjasama dalam berbagai bidang yang mana berdampak positif bagi kedua negara tersebut.
Sebaliknya, Miss Communication (terjadinya kesalahan dalam salah satu proses komunikasi) akan menyebabkan tidak tercapainya tujuan atau misi yang hendak di capai. Seperti yang terjadi dalam hubungan Indonesia dengan Australia, dimana pihak Australia menganggap pernyataan Indonesia mengenai “Negara Bebas Teroris” di terjemahkan oleh Australia sebagai “Indonesia Gudang Teroris”. Hal ini menyebabkan dampak yang kurang baik dalam hubungan kedua negara tersebut.
Dari kedua contoh di atas dapat kita simpulkan bahwa komunikasi sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan. Contoh lain dalam pendidikan seperti hubungan dosen dengan mahasiswa,dengan adanya komunikasi,maka kegiatan belajar- mengajar akan berlangsung dengan baik dan lancar.

Dialektologi - Langkah Kerja Dan Aplikasinya Oleh Mahmud Saefi - Bahasa Indonesia

DIALEKTOLOGI
( LANGKAH KERJA DAN APLIKASINYA )
Oleh : MAHMUD SAEFI ( SMP NEGERI 5 CILACAP )
NIM. S200070115
Contac Person : 085647746459
A. Pendahuluan
Bahasa di dunia tidaklah sama. Dalam suatu negara, beragam bahasa yang dipergunakan, bahkan pada suatu daerah tertentu beragam bahasa yang dapat kita dengar dipergunakan orang. Di Indonesia kita mengenal adanya bahasa nasional (= bahasa persatuan, bahasa resmi, bahasa negara, bahasa pengantar, bahasa kebudayaan ), dan juga bahasa daerah.
Pada dasarnya bahasa tersebut mempunyai dua aspek mendasar, yaitu aspek bentuk dan makna. Aspek bentuk berkaitan dengan bunyi, tulisan maupun struktur bahasa, sedangkan aspek makna berkaitan dengan leksikal, fungsional maupun gramatikalnya.
Apabila kita perhatikan dengan terperinci dan teliti bahasa itu dalam bentuk dan maknanya menunjukkan perbedaan antar pengungkapannya antara penutur yang satu dengan penutur yang lain. Perbedaan – perbedaan bahasa itu menghasilkan ragam-ragam bahasa atau variasi bahasa. Variasi itu muncul karena kebutuhan penutur akan adanya alat komunikasi dan kondisi sosial, serta faktor-faktor tertentu yang mempengaruhinya, seperti letak geografis, kelompok sosial, situasi berbahasa atau tingkat formalitas, dan karena perubahan waktu.
Keragaman bahasa tersebut merupakan subsistem-subsistem bahasa yang berbeda, yang banyak mengandung permasalahan yang kompleks, oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkaji dan menganalisis salah satunya, yakni tentang dialek.
B. Permasalahan
Mengingat kompleksitas permasalahan yang ada dalam dialektologi, maka makalah ini membatasi diri pada bagaimana langkah kerja dan aplikasi dalam penelitian dialek.
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini untuk menjelaskan langkah-langkah yang dapat ditempuh dan beberapa aplikasinya dalam penelitian dialek.
D. Pembahasan
Sebelum melangkah pada cara kerja penelitian dialek terlebih dahulu perlu penulis sampaikan konsep dasar dialektologi sebagai gambaran awal.
1.1. Konsep Dasar Dialektologi
1.1.1.1. Batasan Dialek
Dialek berasal dari bahasa Yunani dialektos yang pada mulanya dipergunakan dalam hubungannya dengan keadaan bahasa Yunani pada waktu itu.
Dialek merupakan variasi bahasa yang berbeda-beda menurut; variasi bahasa yang dipakai oleh kelompok bahasawan di tempat tertentu, atau oleh golongan tertentu dari suatu kelompok bahasawan, atau oleh kelompok bahasawan yang hidup dalam kurun waktu tertentu ( Kridalaksana, 1984: 38).
1.1.1.2. Ciri-ciri dialek
Ciri-ciri utama dialek ialah perbedaan dalam kesatuan dan kesatuan dalam perbedaan (Meilet 1967 : 70 yang dikutip oleh Ayatrohaedi, 1979 :2). Ciri lain yakni:
Dialek ialah seperngkat bentuk ujaran setempat yang berbeda-beda, yang memliki ciri-ciri umum dan masing-masing lebih mirip sesamanya dibandingkan dengan bentuk ujaran lain dari bahasa yang sama,dan Dialek tidak harus mengambil semua bentuk ujaran dari sebuah bahasa.
1.1.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Ragam Bahasa
Beberapa pendapat para ahli bahasa mengenai faktor-faktor peneyebab adanya ragam bahasa, antara lain dikemukakan oleh Kridalaksana (1970), Nababan (1991), Suwito (1992), dan Abdul Chaer (1995).
Menurut Kridalaksana faktor-faktor tersebut adalah: waktu, tempat, sosio-budaya, situasi, dan sarana pengungkapan Menurut Nababn, faktor-faktor tersebut meliputi: daerah, kelompok, atau keadaan sosial, situasi dan tingkat formalitas, serta zaman yang berlainan.
Menurut Suwito, meliputi faktor-faktor: penutur, sosietal, dan situasi tuturan.
menurut Abdul Chaer , meliputi: keragaman sosial penutur dan keragaman fungsi bahasa.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi ragam bahasa, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal yaitu faktor yang berada di luar sistem bahasa, meliputi: waktu, tempat, sosial-budaya, situasi dan sarana yang digunakan. Sedangkan faktor internal adalah faktor yang ada di dalam bahasa itu sendiri, misalnya mengenai variasi fonetis, variasi fonemis, dan variasi morfolois.
1.1.1.4. Ragam-Ragam Dialek
Ragam-ragam dialek dapat digolongkan menjadi 3 kelompok golongan ( Ayatrohaedi, 1983:13) antara lain :
Dialek 1.
Di dalam kepustakaan dialektologi Roman, dialek ini disebut dalecte 1.yaitu dialek yang berbeda-beda karena keadaan alam sekitar tempat dialektersebut digunakan sepanjang perkembangan. Dialek itu dihasilkan karena adanya dua faktor yang salimg melengkapi, yaitu faktor waktu dan faktor tempat.
Dialek 2.
Dialek ini di dalam kepustakaan dialektologi Roman di sebut dialecte 2, regiolecte, atau dialecte regional, yaitu bahasa yang dipergunakan diluar daerah pakainya.
Dialek Sosial
Dialek sosal atau sosiolacte ialah ragam bahasa yang dipergunakan oleh kelompok tertentu, yang membedakan dari kelompok masyarakat lainnya.
1.1.1.5. Sumber-Sumber Kajian Penelitian Dialek
Sumber lisan.
Sumber lisan memegang perana penting untuk penelitian dialek dan bahasa pada umumnya, yaitu para pemakai bahasa dan dialek tersebut. Sumber itu berupa bahasa atau dialek itu sendiri maupun hal-hal yang terkandung di dalamnya, seperti cerita rakyat,adat istiadat, kepercayaan dan perundangan.
Sumbe tulis.
Sumber tulis banyak sekali memberikan bantuan di dalam usaha penelitian sumber lisan, bahkan kadang-kadang penelitian bahasa dan dialek hanya dapat dilaksanakan berdasarkan sumber itu saja, misalnya penelitian mengenai struktur bahasa atau dialek dimasa lampau. Sumber tulis dapat dibagi 2 (dua) yaitu naskah, kamus dan atlas bahasa. Sosok suatu dialek atau bahasa terwjud berdasarkan adanya naskah, sedangkan kamus-kamus dialek merupakan sumber keterangan yang utama di dalam penelitian dialek.
Sumber lisan sebagai bagian dari kajian dialektologi mengacu pada kajian tentang perbedan-perbedaan bahasa sebagai manifestasi dari variasi dalam satu bahasa yang sama. Perbedaan dari varian itu meliputi : Perbedaan fonetik , polimorfisme atau alofonik. Perbedaan ini berada dibidang fonologi, si penutur dialek yang bersangkutan tidak menyadari adanya perbedaan tarsebut.
Perbedaan semantik.
Perbedaan onomasiologi yang menunjukan nama yang berbeda berdasarkan satu konsep yang diberikan di beberapa tempat yang berbeda.
Perbedaan semasiologis yaitu pemberian nama yang sama untuk beberapa konsep yang berbeda.
Perbedaan morfologis (Ayatrohaedi, 1983: 3-5).
1.2. Langkah Kerja Penelitian Dialektologi
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah :
memilih masalah kebahasaan yang akan diteliti;
melakukan studi pendahuluan melalui studi pustaka, survey, dan berkonsultasi dengan para ahli bahasa maupun narasumber;
merumuskan permasalahan-permasalahan yang akan dikaji atas dasar studi pendahuluan ;
merumuskan anggapan dasar , posatulat, atau asumsi dasar sebagai pijakan yang kokoh bagi permasalahan yang akan dikaji ;
memilih pendekatan yang berkaitan dengan metode dan teknik yang akan digunakan untuk penyediaan data, menganalisis data dan menyajikan hasil analisis data;
mennetukan informan atau responden sebagai pembahan inti;
menentukan dan menyusun instrumen penelitian yang berupa kartu data; daftar tanya variasi fonetis, kosakata, dan linambang;
mencari dan mengumpulkan data;
menganalisis data;
membuat kesimpulan;
menyusun laporan penelitian.
Dari kesebelas langkah di atas dapat dikelompokkan menjadi tiga tahapan, yaitu tahap persiapan ( 1-7), tahap pelaksanaan ( 8 ), dan tahap penyelesaian (10-11).
1.3. Contoh Aplikasi Penelitian Dialektologi
1.3.1 Materi / Bahan
Materi atau bahan yang menjadi obyek sasaran penelitian adalah bahasa ilmiah yang dilisankan oleh penutur yang normal dalam situasi pemakaian yang wajar dan terhayati oleh peneliti. Dalam hal ini misalnya bahasa yang kan dikaji adalah bahasa Jawa Nelayan di Pesisir Cilacap.
Materi tersebut termasuk ragam lisan yang merupakan obyek primer dalam linguistik. Hal itu menjadi prioritas dalam penelitian ini dengan alasan sebagai berikut :
bahasa tulis ternyata adanya turunan dari bahasa lisan.
bahasa tulis baru ada beberapa puluh abad yang lalu, sedangkan bahasa lisan telah ada beratus-ratus abad sepanjang sejarah kehidupan umat manusia,
bahasa tulis tidak melingkupi semua masyarkat bahasa yang ada dimuka bumi, sedangkan bahasa lisan selalu menjadi pemilik yang tidak terpisahkan dari semua orang dalam lingkup masyarakat apapun, dan
bahasa tulis masyarakat tertentu konon selalu dipelajari dan dikuasai setelah penuturnya memahami bahasa lisan masyarakat yang bersangkutan (Sudaryanto, 1988a : 42).
1.3.2 Populasi dan sampel
1.3.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian (Arikunto, 1998: 115). Keseluruhan obyek penelitian tersebut dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuhan-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Nawawi, 1998 : 141).
Populasi dalam penelitian dialek misalnya tuturan bahasa Jawa oleh masyarakat penutur di pesisir Cilacap. Masyarakat tersebut berdomisili di wilayah Kotif Cilacap.
Populasi tersebut termasuk populasi tak terbatas dan bersifat homogen, yakni populasi yang tidak dapat ditentukan batas-batasnya, sehingga taidak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah yang tepat secara kuantitatif. Sifat homogennya terletak pada aspek kesamaan bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi, yakni subdialek bahasa Jawa Cilacap.
1.3.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian wakil dari Populasi yang diteliti (Arikunto, 1998 : 117). Sampel merupakan bagian dari populasi yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Karena itu sampel penelitian harus bersifat representatif.
Mengingat kehomogenan populasi, tidak semua penutur dijadikan subyek penelitian, sebagai gantinya dipilih sampel. Teknik ini dipilih didasarkan pada anggapan dasar bahwa bahasa Jawa yang digunakan oleh masyarakat nelayan dikawasan pesisir Cilacap relatif sama.
Sehubungan dengan hal penelitian ” Ragam Bahasa Jawa Nelayan Di Kawasan Pesisir Cilacap ”, sampel yang digunakan adalah segenap tuturan bahasa Jawa yang dipilih dari penutur masyarakat nelayan di Kecamatan Cilacap Selatan, Kecamatan Cilacap Tengah, dan Kecamatan Cilacap Utara (kesemuanya termasuk wilayah Kotif).
Setiap kecamatan dipilih dua informan inti sebagai pembantu bahasa. Agar data yang diperoleh dari informan valid, terlebih dahulu ditentukan beberapa persyaratan bagi informan. Persyaratan tersebut menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan usia, pendidikan, asal-usul, kemampuan dan ” kemurnian ” bahasa informan. Hal tersebut sesuai dengan apa yang disarankan oleh Ayatrohaedi (1983 : 48) antara lain :
1) usia yang dianggap sangat sesuai bagi seorang informan adalah usia pertengahan (40-50 tahun);
2) pendidikan informan bukan pendidikan yang terlalu tinggi, ataupun buta huruf ;
3) asal-usul informan harus diusahakan dari desa atau tempat yang diteliti;
4) kemampuan informan mengenai bahasa dan dialeknya dengan baik;
5) ”kemurnian” bahasa informan baik yakni sedikit sekali terkena pengaruh dari dialek atau bahasa yang dipergunakan didaerah tetangga.
Persyaratan tersebut dipilih dengan beberapa pertimbangan antara lain :
informan yang terlalu tua kurang ideal, karena mereka pada umumnya sudah tidak spontan, ingatanya sudah banyak berkurang, pendengaranya berkurang, ompong dan sebagainya, disamping ketahanan jasmani juga banyak sudah berkurang untuk menghadapi pekerjaan yang memerlukan banyak waktu dan ketentuan;
informan yang terlalu muda kurang ideal, karena mereka sering merancukan pengertian dialeknya dengan bahasa baku, terutama jika mereka pernah bersekolah pengaruh bahasa baku itu akan lebih kuat kepada mereka;
informan yang buta huruf kurang ideal, karena umumnya mereka sangat sukar ditanyai, dan tidak mempunyai kebiasaan untuk menerjemahkan bentuk-bentuk kalimat yang rumit;
informan yang berprofesi sebagai guru atau orang ynag berpendidikan kurang ideal, karena tuturan yang diperoleh kurang meyakinkan apakah berdasarkan dialek ataukah didasarkan kepada bahan yang terdapat dalam buku;
informan yang ahli dialek dan kaum cendekiawan kurang ideal, karena mereka biasanya merubah dahan dialek sebagaimana adanya, dengan apa yang menurut mereka lebih baik;
informan yang pernah meninggalkan kampungnya cukup lama kurang ideal, karena dari mereka tidak dapat lagi diharapkan bahan yang asli dari daerahnya sendiri. Mereka sudah banyak terpengaruh oleh bahasa tempat mereka pernah tinggal;
informan yang orang tuanya bukan pribumi kurang ideal, karena dari mereka besar sekali kemungkinan diperoleh bahan yang bercampur dengan dialek asal orangtuanya;
informan yang termasuk kelompok ”orang kecil” kurang ideal, karena mereka pada umumnya kurang biasa menghadapi ”orang asing ” sehingga mereka pada umumnya gugup dan tuturan mereka tidak langsung dan spontan (Pop dalam Ayatroehadi, 1983 : 49-50).
Berdasarkan persyaratan dan beberapa pertimbangan diatas, yang dijadikan kriteria informan atau pembantu bahasa dalam penelitian ini adalah :
penduduk asli kelahiran daerah yang diteliti;
mobilitas rendah, tidak sering pergi keluar desa tempat tinggal, dan belum pernah menetap lama diluar desa tempat tinggal;
pendidikan maksimal tamatan Sekolah Dasar;
umur antara 40-60 tahun ;
sehat jasmani dan rohani, termasuk alat ucap pendengarannya;
profesi sebagai nelayan;
menguasai bahasa Jawa, serta
tidak menguasai bahasa asing dan bahasa daerah lainya.
1.3.3 Metode dan Teknik Penelitian
Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud atau cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (Depdikbud, 1995:652).
Metode agar dapat bermanfaat haruslah digunakan dalam pelaksanaan yang konkret. Menurut Sudaryanto (1988a : 26) metode sebagai cara kerja haruslah dijabarkan sesuai dengan alat dan sifat alat yang dipakai. Jabaran metode sesuai dengan alat beserta sifat alat yang dimaksud disebut ”teknik”.
Dengan demikian orang dapat mengenal metode hanya lewat teknik-tekniknya; sedangkan teknik-teknik yang bersangkutan selanjutnya dapat dikenali dan diidentifikasi hanya melalui alat-alat yang digunakan beserta sifat alat-alat yang bersangkutan.
Sehubungan dengan hal itu metode yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada tahapan strategisnya, yaitu : (i) metode pengumpulan data, (ii) metode analisis data, dan (iii) metode penyajian hasil analisis data (Sudaryanto, 1988a : 57). Ketiga tahapan tersebut dilakukan dengan menerapkan metode dan teknik tertentu.
Metode yang sering digunakan oleh para peneliti bahasa dalam penelitian dialek antara lain: metode deskriptif, observasi, survey, sedangkan teknik yang sering digunakan: wawancara, angket / daftar tanya, rekam, dokumentasi. Berikut metode dan teknik yang digunakan peneliti pada tahun 1981,1982, 1983, dan 1986 yang kami temukan: (observasi; teknik: wawancara, angket, Suwaji,dkk, 1981), deskriptif, angket nonkebahasaan maupun kebahasaan, wawancara, perekaman, dokumentasi, Hadiatmaja,1982), deskriptif (kepustakaan, observasi, rekaman Apituley,1983), (deskriptif struktural, observasi), wawancara langsung, rekam, daftar tanya, Kawi, 1983) deskriptif, kadir 1986) (survey, pungut) kepustakaan, wawancara, Sumarto, 1986).
Lebih rinci lagi yang disarankan oleh Sudaryanto, 1988 tentang metode dan teknik dengan merinci tahapan-tahapan. Tahapan strategi yang pertama (penyediaan data) dilakukan dengan menggunakan metode ”simak” dan metode ”cakap” (Sudaryanto, 1988b : 2). Metode simak dilakukan dengan menyimak misalnya penggunaan bahasa atau tuuran masyarakat nelayan dikawasan Pesisir Cilacap. Penyimakan tersebut diwujudkan dengan teknik ”sadap” sebagai teknik dasarnya, yakni menyadap pembicaraan seeorang atau beberapa orang. Penyadapan itu dilakukan dengan teknik SLC (Simak Libat Cakap) yakni peneliti terlibat langsung dalam pembicaraan dan menyimak pembicaraan tersebut. Metode cakap dilakukan dengan mengadakan percakapan antara peneliti dengan penutur. Percakapan tersebut diwujudkan dengan teknik ”pancing” sebagai teknik dasarnya, yakni untuk memperoleh data peneliti memancing seseorang atau beberapa orang untuk berbicara. Kegiatan memancing bicara itu dilakukan dengan teknik ”CS” (Cakap Semuka), yakni peneliti mengadakan percakapan langsung dengan penutur atau nara sumber. Ketika peneliti sedang mengadakan ”penyimakan” dan ”percakapan” dilakukan juga perekaman dengan tape recorder dan pencatatan pada kartu data. Untuk melengkapi data, pada kesempatan lain ditempuh juga teknik SLBC ( Simak Bebas Libat Cakap), yakni peneliti hanya bertindak sebagai pemerhati, mendengarkan apa yang dikatakan oleh masyarakat nelayan dalam proses berdialog. Teknik ini juga dilakukan dengan pencatatan pada kartu data. Setelah pengumpulan data yang ditandai dengan pencatatan itu dirasa cukup kemudian dipilih dan dipilah-pilah dengan membuang yang tidak diperlukan serta menata dengan mengurutkan sesuai dengan bidang yang akan dikaji.
Tahapan strategi yang kedua (analisis data) dilakukan dengan menggunakan metode ”padan” yakni metode dengan alat penentunya diluar, terlepas, dan tidak menjual bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993 : 13). Metode yang dipilih adalah metode padan translasional yakni dengan membandingkan BJNPC dengan BJB (Bahasa Jawa Baku).
Tahapan strategi Ketiga (penyajian hasil analisis data) dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif yakni memaparkan hasil penelitian berdasarkan pada fakta yang ada, yang memang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya (Sudaryanto, 1988a : 62). Hal ini yang dideskripsikan dalam penelitian ini adalah : variasi fonetis, variasi fonemis, variasi morfologis, segi sintaksis, dan variasi semantis bahasa Jawa nelayan dikawasan pesisir Cilacap.
1.3.4 Deskripsi Hasil Analisis
Hal-hal yang dideskripsikan meliputi:
Variasi fonetis
Variasi fonem
Variasi morfologis
Deskripsi kekhasan sintaksis
Deskripsi variasi semantis
Variasi fonetis dan variasi fonem, dijelaskan dalam bentuk distribusi vokal dan distribusi konsonan , ditampilkan dalam bentuk transkrip fonetis, dibuat tabel dan dibuktikan dengan pasangan minimal.
Deskripsi variasi morfologis diuraikan proses pembentukan kata mulai dari pembubuhan afiksasi, reduplikasi sampai pada tataran komposisi.
Deskripsi kekhasan sintaksis yang diuraiakan adalah tuturan yang berbentuk frasa dan tuturan yang berbentuk kalimat
E. Simpulan
Dari uraian pembahasan dan contoh di atas dapat kami simpulkan sebagai berikut.
1. Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam penelitian dialektologi melalui tiga tahapan yaitu:
a. Tahap persiapan
Yaitu memilih masalah kebahasaan yang akan diteliti; melakukan studi pendahuluan melalui studi pustaka, survey, dan berkonsultasi dengan para ahli bahasa maupun narasumber; merumuskan permasalahan-permasalahan yang akan dikaji atas dasar studi pendahuluan ; merumuskan anggapan dasar , posatulat, atau asumsi dasar sebagai pijakan yang kokoh bagi permasalahan yang akan dikaji; memilih pendekatan yang berkaitan dengan metode dan teknik yang akan digunakan untuk penyediaan data, menganalisis data dan menyajikan hasil analisis data; menentukan informan atau responden sebagai pembahan inti; menentukan dan menyusun instrumen penelitian yang berupa kartu data; daftar tanya variasi fonetis, kosakata, dan linambang.
b. Tahap Pelaksanaan
Yaitu mencari dan mengumpulkan data yang dilanjutkan dengan menganalisis data.
c. Tahap Penyelesaian
Yaitu membuat kesimpulan dan menyusun laporan penelitian.
2. Aplikasi Pengkajian dialek
Populasi
Berupa tuturan atau bahasa lisan
Sampel
Para penutur bahasa dengan kriteria persyarata tertentu
Metode dan teknik
Metode yang sering digunakan oleh para peneliti bahasa dalam penelitian dialek antara lain: metode deskriptif, observasi, survey, sedangkan teknik yang sering digunakan: wawancara, angket / daftar tanya, rekam, dokumentasi
Dekripsi hasil penelitian
Hal-hal yang dideskripsikan antara lain: Variasi fonetis, Variasi fonem, Variasi morfologis, Deskripsi kekhasan sintaksis, Deskripsi variasi semantis
----------
DAFTAR PUSTAKA
Ayatrohaedi, 1983. Dialektologi Sebuah Pengantar. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Chaer, Abdul & L. Agustina. 1995. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta
Kridalaksana, Harimurti, 1984.Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia
Nababan. P.W.J. 1091. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum
Sudaryanto, 1980. Aneka Konsep Kedataan lingual dalam Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
1988a.Metode Linguistik Bagian Pertama: Ke Arah Memahami Metode Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
1988b. Metode Linguistik Bagian Kedua: Metode dan Aneka Teknik Mengumpulkan data. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistik.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pengertian Pidato, Tujuan, Sifat, Metode, Susunan Dan Persiapan Pidato Sambutan

A. Definisi / Pengertian Pidato
Pidato adalah suatu ucapan dengan susunan yang baik untuk disampaikan kepada orang banyak. Contoh pidato yaitu seperti pidato kenegaraan, pidato menyambut hari besar, pidato pembangkit semangat, pidato sambutan acara atau event, dan lain sebagainya.
Pidato yang baik dapat memberikan suatu kesan positif bagi orang-orang yang mendengar pidato tersebut. Kemampuan berpidato atau berbicara yang baik di depan publik / umum dapat membantu untuk mencapai jenjang karir yang baik.
B. Tujuan Pidato
Pidato umumnya melakukan satu atau beberapa hal berikut ini :
1. Mempengaruhi orang lain agar mau mengikuti kemauan kita dengan suka rela.
2. Memberi suatu pemahaman atau informasi pada orang lain.
3. Membuat orang lain senang dengan pidato yang menghibur sehingga orang lain senang dan puas dengan ucapan yang kita sampaikan.
C. Jenis-Jenis / Macam-Macam / Sifat-Sifat Pidato
Berdasarkan pada sifat dari isi pidato, pidato dapat dibedakan menjadi :
1. Pidato Pembukaan, adalah pidato singkat yang dibawakan oleh pembaca acara atau mc.
2. Pidato pengarahan adalah pdato untuk mengarahkan pada suatu pertemuan.
3. Pidato Sambutan, yaitu merupakan pidato yang disampaikan pada suatu acara kegiatan atau peristiwa tertentu yang dapat dilakukan oleh beberapa orang dengan waktu yang terbatas secara bergantian.
4. Pidato Peresmian, adalah pidato yang dilakukan oleh orang yang berpengaruh untuk meresmikan sesuatu.
5. Pidato Laporan, yakni pidato yang isinya adalah melaporkan suatu tugas atau kegiatan.
6. Pidato Pertanggungjawaban, adalah pidato yang berisi suatu laporan pertanggungjawaban.
D. Metode Pidato
Teknik atau metode dalam membawakan suatu pidatu di depan umum :
1. Metode menghapal, yaitu membuat suatu rencana pidato lalu menghapalkannya kata per kata.
2. Metode serta merta, yakni membawakan pidato tanpa persiapan dan hanya mengandalkan pengalaman dan wawasan. Biasanya dalam keadaan darurat tak terduga banyak menggunakan tehnik serta merta.
3. Metode naskah, yaitu berpidato dengan menggunakan naskah yang telah dibuat sebelumnya dan umumnya dipakai pada pidato-pidato resmi.
E. Persiapan Pidato
Sebelum memberikan pidato di depan umum, ada baiknya untuk melakukan persiapan berikut ini :
1. Wawasan pendengar pidato secara umum
2. Mengetahui lama waktu atau durasi pidato yang akan dibawakan
3. Menyusun kata-kata yang mudah dipahami dan dimengerti.
4. Mengetahui jenis pidato dan tema acara.
5. Menyiapkan bahan-bahan dan perlengkapan pidato, dsb.
F. Kerangka Susunan Pidato
Skema susunan suatu pidato yang baik :
1. Pembukaan dengan salam pembuka
2. Pendahuluan yang sedikit menggambarkan isi
3. Isi atau materi pidato secara sistematis : maksud, tujuan, sasaran, rencana, langkah, dll.
4. Penutup (kesimpulan, harapan, pesan, salam penutup, dll)

contoh pidato sederhana

Yang terhormat Bapak Kepala Sekolah, Bapak dan Ibu Guru, serta teman-teman yang saya cintai.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat-Nya pada hari ini kita dapat berkumpul bersama guna mengadakan acara perpisahan sekolah.
Para hadirin yang saya hormati, ijinkan saya mewakili teman-teman untuk menyampaikan sepatah dua patah kata dalam rangka perpisahan ini.
Selama bersekolah, kami sebagai siswa sangat bangga dan berterima kasih dengan semua guru yang telah mengajar di sekolah ini, yang dengan sangat baik, tidak pernah pilih kasih dalam mendidik, sangat sabar dan tidak kenal lelah dalam membimbing kami. Berkat jerih payah semua guru, kami pun dapat lulus dari SMP ini.
Mudah-mudahan semua guru yang bertugas mengajar di sekolah ini dapat diberikan kesehatan yang baik dan diberi kebahagiaan selalu.
Juga untuk teman2 semua. Sungguh berat rasanya berpisah dengan kalian semua, karena kita sudah bersama2 selama 3 tahun ini. Tapi tetap saya juga mendoakan teman2 semua dapat melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi, baik ke SMA, ke SMK, ke STM maupun institusi pendidikan lainnya untuk dapat mencapai cita2 yang selama ini diangan2kan.
Akhir kata, saya mau mengucapkan sukses selalu buat teman2, doa saya menyertai teman2 semua..

Arti Definisi / Pengertian Drama Dan Jenis / Macam Drama - Pelajaran Bahasa Indonesia

Drama adalah suatu aksi atau perbuatan (bahasa yunani). Sedangkan dramatik adalah jenis karangan yang dipertunjukkan dalan suatu tingkah laku, mimik dan perbuatan. Sandiwara adalah sebutan lain dari drama di mana sandi adalah rahasia dan wara adalah pelajaran. Orang yang memainkan drama disebut aktor atau lakon.
Drama menurut masanya dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu drama baru dan drama lama.
1. Drama Baru / Drama Modern
Drama baru adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan kepada mesyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari.
2. Drama Lama / Drama Klasik
Drama lama adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang kesaktian, kehidupan istanan atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan lain sebagainya.
Macam-Macam Drama Berdasarkan Isi Kandungan Cerita :
1. Drama Komedi
Drama komedi adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh keceriaan.
2. Drama Tragedi
Drama tragedi adalah drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan.
3. Drama Tragedi Komedi
Drama tragedi-komedi adalah drama yang ada sedih dan ada lucunya.
4. Opera
Opera adalah drama yang mengandung musik dan nyanyian.
5. Lelucon / Dagelan
Lelucon adalah drama yang lakonnya selalu bertingkah pola jenaka merangsang gelak tawa penonton.
6. Operet / Operette
Operet adalah opera yang ceritanya lebih pendek.
7. Pantomim
Pantomim adalah drama yang ditampilkan dalam bentuk gerakan tubuh atau bahasa isyarat tanpa pembicaraan.
8. Tablau
Tablau adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerak-gerik anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya.
9. Passie
Passie adalah drama yang mengandung unsur agama / relijius.
10. Wayang
Wayang adalah drama yang pemain dramanya adalah boneka wayang. Dan lain sebagainya.

Ejaan Baku Dan Ejaan Tidak Baku Dalam Bahasa Indonesia - Pengertian, Referensi Dan Contoh

Dalam kehidupan sehari-hari terkadang tanpa disadari kita menggunakan kata-kata yang salah alias tidak sesuai dengan ejaan dalam Bahasa Indonesia. Salah satu atau dua ejaan kata dalam tulisan kita mungkin sah-sah saja bagi umum, namun tidak halnya bagi dosen atau guru bahasa indonesia. Ejaan yang baku sangat penting untuk dikuasai dan digunakan ketika membuat suatu karya tulis ilmiah.
Sebenarnya apa sih definisi atau pengertian ejaan baku dan ejaan tidak baku? Ejaan baku adalah adalah ejaan yang benar, sedangkan ejaan tidak baku adalah ejaan yang tidak benar atau ejaan salah.
Bagaimana untuk mengetahui bahwa kata pada kalimat yang kita tulis tidak menyalahi aturan ejaan baku dan ejaan tidak baku? Cukup dengan membuka buku kamus bahasa indonesia yang terkenal baik yang dikarang oleh yang baik pula sebagai referensi. Contoh Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Contoh ejaan baku dan ejaan tidak baku, di mana yang sebelah kiri adalah salah dan yang sebelah kanan adalah betul :
- apotik : apotek
- atlit : atlet
- azas : asas
- azasi : asasi
- bis : bus
- do'a : doa
- duren : durian
- gubug : gubuk
- hadist : hadis
- ijin : izin
- imajinasi : imaginasi
- insyaf : insaf
- jaman : zaman
- kalo : kalau
- karir : karier
- kongkrit : konkret
- nomer : nomor
- obyek : objek
- ramadhan : ramadan
- rame : ramai
- rapor : rapot
- sentausa : sentosa
- trotoar : trotoir
Ekstra ilmu pengetahuan ejaan yang disempurnakan / eyd :
- kreatifitas : kreativitas
- kreativ : kreatif
- aktifitas : aktivitas
- aktiv : aktif
- sportifitas : sportivitas
- sportiv : sportif
- produktifitas : produktivitas
- produktiv : produktif
Tambahan :
Situs web yang kaya akan ilmu pengetahuan ini pun tidak luput dari kesalahan ejaan. Penulis di dini juga manusia yang tidak luput dari salah. Menulis sambil belajar.

Definisi/Pengertian Bahasa, Ragam dan Fungsi Bahasa - Pelajaran Bahasa Indonesia

Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar agar tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi. Kaidah, aturan dan pola-pola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk dan tata kalimat. Agar komunikasi yang dilakukan berjalan lancar dengan baik, penerima dan pengirim bahasa harus harus menguasai bahasanya.
Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat komunikasi, kerja sama dan identifikasi diri. Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder. Arbitrer yaitu tidak adanya hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya.
Fungsi Bahasa Dalam Masyarakat :
1. Alat untuk berkomunikasi dengan sesama manusia.
2. Alat untuk bekerja sama dengan sesama manusia.
3. Alat untuk mengidentifikasi diri.
Macam-Macam dan Jenis-Jenis Ragam / Keragaman Bahasa :
1. Ragam bahasa pada bidang tertentu seperti bahasa istilah hukum, bahasa sains, bahasa jurnalistik, dsb.
2. Ragam bahasa pada perorangan atau idiolek seperti gaya bahasa mantan presiden Soeharto, gaya bahasa benyamin s, dan lain sebagainya.
3. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu wilayah atau dialek seperti dialek bahasa madura, dialek bahasa medan, dialek bahasa sunda, dialek bahasa bali, dialek bahasa jawa, dan lain sebagainya.
4. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu golongan sosial seperti ragam bahasa orang akademisi beda dengan ragam bahasa orang-orang jalanan.
5. Ragam bahasa pada bentuk bahasa seperti bahasa lisan dan bahasa tulisan.
6. Ragam bahasa pada suatu situasi seperti ragam bahasa formal (baku) dan informal (tidak baku).
Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Lidah setajam pisau / silet oleh karena itu sebaiknya dalam berkata-kata sebaiknya tidak sembarangan dan menghargai serta menghormati lawan bicara / target komunikasi.
Bahasa isyarat atau gesture atau bahasa tubuh adalah salah satu cara bekomunikasi melalui gerakan-gerakan tubuh. Bahasa isyarat akan lebih digunakan permanen oleh penyandang cacat bisu tuli karena mereka memiliki bahasa sendiri.

Bahasa Baku & Penggunaan Pada Tulisan Dan Lisan Masyarakat - Bahasa Indonesia

Setiap negara atau suatu wilayah umumnya memiliki bahasa resmi masing-masing yang digunakan oleh rakyatnya. Pengertian bahasa baku adalah bahasa yang menjadi bahasa pokok yang menjadi bahasa standar dan acuan yang digunakan sehari-hari dalam masyarakat. Bahasa baku mencakup pemakaian sehari-hari pada bahasa percakapan lisan maupun bahasa tulisan.
Penggunaan bahasa baku lazim dipakai dalam situasi dan konsidi sebagai berikut di bawah ini :
1. Komunikasi Resmi (Tertulis)
Contoh : Surat-menyurat resmi, pengumuman resmi, undang-undang, peraturan, dan lain-lain.
2. Pembicaraan Formal Di Depan Umum (Lisan)
Contoh : Pidato, ceramah, khotbah, mengajar sekolah, mengajar kuliah, dan lain sebagainya.
3. Wacana Teknis (Tertulis)
Contoh : Karangan ilmiah, skripsi, tesis, buku pelajaran, laporan resmi, dan lain-lain.
4. Pembicaraan Formal (Lisan)
Contoh : Murid kepada guru, bawahan kepada atasan, layanan pelanggan kepada pelanggan, menteri kepada presiden, dsb. Tidak hanya terbatas kepada orang yang dihormati saja karena presiden umumnya berbicara pada rakyat jelata dengan bahasa formal.

Makna Kata Polisemi, Hipernimi (Hipernim) Dan Hiponimi (Hiponim) - Ilmu Bahasa Indonesia

Dalam bahasa indonesia dikenal adanya berbagai makna kata yang berhubungan dengan kata-kata lainnya. Diantaranya adalah jenis kata polisemi, hipernim dan hiponim. Mari kita bahas satu persatu jenis / macam makna kata tersebut mulai dari arti definisi / pengertian hingga contoh-contohnya.
A. Polisemi
Polisemi adalah kata-kata yang memiliki makna atau arti lebih dari satu karena adanya banyak komponen konsep dalam pemaknaan suatu kata. Satu kata seperti kata "Kepala" dapat diartikan bermacam-macam walaupun arti utama kepala adalah bagian tubuh manusia yang ada di atas leher.
Contoh : "Kepala"
- Guru yang dulunya pernah menderita cacat mental itu sekarang menjadi kepala sekolah smp kroto emas. (kepala bermakna pemimpin).
- Kepala anak kecil itu besar sekali karena terkena penyakit hidrosepalus. (kepala berarti bagian tubuh manusia yang ada di atas).
- Tiap kepala harus membayar upeti sekodi tiwul kepada ki joko cempreng. (kepala berarti individu).
- Pak Sukatro membuat kepala surat untuk pengumuman di laptop eee pc yang baru dibelinya di mangga satu. (kepala berarti bagian dari surat).
B. Hipernim dan Hiponim
Hipernim adalah kata-kata yang mewakili banyak kata lain. Kata hipernim dapat menjadi kata umum dari penyebutan kata-kata lainnya. Sedangkan hiponim adalah kata-kata yang terwakili artinya oleh kata hipernim. Umumnya kata-kata hipernim adalah suatu kategori dan hiponim merupakan anggota dari kata hipernim.
Contoh :
- Hipernim : Hantu
- Hiponim : Pocong, kantong wewe, sundel bolong, kuntilanak, pastur buntung, tuyul, genderuwo, suster ngesot, dan lain-lain.
- Hipernim : Ikan
- Hiponim : Lumba-lumba, tenggiri, hiu, betok, mujaer, sepat, cere, gapih singapur, teri, sarden, pari, mas, nila, dan sebagainya.
- Hipernim : Odol
- Hiponim : Pepsodent, ciptadent, siwak f, kodomo, smile up, close up, maxam, formula, sensodyne, dll.
- Hipernim : Kue
- Hiponim : Bolu, apem, nastar nenas, biskuit, bika ambon, serabi, tete, cucur, lapis, bolu kukus, bronis, sus, dsb.

Pengertian Makna Denotatif, Konotatif, Lugas, Kias, Leksikal, Gramatikal, Umum dan Khusus

1. Arti Definisi / Pengertian Makna Denotasi / Denotatif
Makna denotasi adalah makna yang sebenarnya yang sama dengan makna lugas untuk menyampaikan sesuatu yang bersifat faktual. Makna pada kalimat yang denotatif tidak mengalami perubahan makna.
Contoh :
- Mas parto membeli susu sapi
- Dokter bedah itu sering berpartisipasi dalam sunatan masal
2. Arti Definisi / Pengertian Makna Konotasi / Konotatif
Makna konotasi adalah makna yang bukan sebenarnya yang umumnya bersifat sindiran dan merupakan makna denotasi yang mengalami penambahan.
Contoh :
- Para petugas gabungan merazia kupu-kupu malam tadi malam (kupu-kupu malam = wts)
- Bu Marcella sangat sedih karena terjerat hutang lintah darat (lintah darat = rentenir)
3. Arti Definisi / Pengertian Makna Lugas
Makna lugas adalah makna yang sesungguhnya dan mirip dengan makna denotatif.
Contoh :
- Olahragawan itu senang memelihara codot hitam
- Pak Kimung minum teh sisri di pematang sawah
4. Arti Definisi / Pengertian Makna Kias
Makna kias adalah makna yang bukan sebenarnya yang sama dengan makna konotatif.
Contoh :
- Pegawai yang malas itu makan gaji buta (makan = menerima)
- Si Kadut senang terbang bersama miras oplosan beracun (terbang = mabok)
5. Arti Definisi / Pengertian Makna Leksikal
Makna leksikal adalah makna yang tetap tidak berubah-ubah sesuai dengan makna yang ada di kamus.
Contoh :
- toko
- obat
- mandi
6. Arti Definisi / Pengertian Makna Gramatikal
Makna gramatikal adalah makna yang dapat berubah sesuai dengan konteks pemakaian. Kata tersebut mengalami proses gramatikalisasi pada pemajemukan, imbuhan dan pengulangan.
Contoh :
- Bersentuhan = saling bersentuhan
- Berduka = dama keadaan duka
- Berenam = sekumpulan enam orang
- Berjalan = melakukan kegiatan / aktivitas jalan
7. Arti Definisi / Pengertian Makna Umum
Makna umum adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang luas dari kata yang lain.
Contoh :
- Masykur senang makan buah-buahan segar
- Tukang palak itu sering memalak kendaraan umum yang lewat
- Anak yang cacat fisik dan mental itu tidak punya harta
8. Arti Definisi / Pengertian Makna Khusus
Makna umum adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang sempit dari kata yang lain.
Contoh :
- Masykur senang makan jamblang segar
- Tukang palak itu sering memalak bis kopaja yang lewat
- Anak yang cacat fisik dan mental itu tidak punya rumah

Kandungan Nilai Pendidikan Dalam Novel Menyemai Cinta Di Negeri Sakura

- Kandungan Nilai Pendidikan Dalam Novel Menyemai Cinta di Negeri Sakura karya Lizsa Anggraeny dan Seriyawati -
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sastra adalah karya sastra imajinatif bermedia yang nilai estetikanya bernilai dominan. Melalui karya sastra seorang pengarang bermaksud menyampaikan informasi, gambaran atau pesan tertentu kepada pembaca. Sesuatu yang disampaikan itu biasanya merupakan gagasan tentang kehidupan yang ada disekitar pengarang.
Novel juga sebagai salah satu bentuk karya sastra yang dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, melibatkan permasalahan yang lebih kompleks.
Bentuk-bentuk karya sastra itu biasanya berupa prosa, puisi dan drama, disebut sastra. Berdasar sejarah perkembangan sastra di Indonesia, prosa dikelompokkan menjadi dua yaitu prosa lama dan prosa baru, berupa cerpen dan novel. Semua karya sastra termasuk novel merupakan sesuatu totalitas yang memiliki nilai seni. Totalitas itu dibangun oleh unsur-unsur pembangun yaitu dari unsur intrinsik dan ekstrinsik.
Unsur intrinsik karya sastra yaitu unsur-unsur yang berada dalam karya sastra itu sendiri dan sebagai unsur pembangun dalam tubuh karya sastra itu.
Unsur intrinsik pada karya sastra meliputi tema, alur, penokohan, latar, suasana, gaya bahasa dan sudut pandang. Analisis struktural bertujuan memaparkan dengan cermat fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah kemenyeluruhan. Analisis struktural merupakan hubungan antar unsur yang bersifat timbal balik, saling menentukan, mempengaruhi yang secara bersama membentuk satu kesatuan yang utuh. Membaca novel berupa nilai-nilai dalam hal ini adalah nilai pendidikan yang digunakan sebagai cermin atau perbandingan dalam kehidupan.
Pada dasarnya karya sastra merupakan karya cipta yang mengungkapkan kembali pengamatan dan pengalaman pengarang tentang peristiwa pada kehidupan yang menarik. Peristiwa-peristiwa itu merupakan peristiwa nyata atau mungkin hanya terjadi dalam dunia khayal pengarang. Sastra memiliki dunia sendiri. Suatu kehidupan yang tidak harus identik dengan kenyataan hidup.
Kesusastraan pada saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat dan menggembirakan. Sepanjang sejarah kehidupan manusia, sastra akan terus bergerak, tumbuh dan berkembang. Karya sastra adalah suatu hasil cipta manusia yang berdasarkan kenyataan dan diberi imajinasi pribadi lewat media lisan maupun tulisan.
Pada hakekatnya karya sastra mempunyai dua unsur pembangun yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur Intrinsik adalah unsur pembangun yang terdapat didalam karya sastra itu sendiri. Unsur Ekstrinsik adalah dunia luar karya sastra yang turut melatar belakangi dan menunjang lahirnya karya sastra.
Novel “Menyemai Cinta di Negeri Sakura” karya Lizsa Anggraeny dan Seriyawati menceritakan tentang seorang wanita yang tinggal di Jepang tepatnya di Nagoya. Dia selalu menjaga pendirian islamnya. Dia bernama Ummu S menikah dengan pria pilihannya yang bernama Joy. Berharap berkecukupan dan kebahagiaan dalam hidupnya. Namun harapan itu hanyalah semu.
Selama di Nagoya dia berhasil menyebarkan agama islam pada warga Jepang yang minoritas islam itu. Mereka tertarik dengan ajaran Ummu S hingga semua anggota berhasil membuat wadah atau organisasi islamiyah di berbagai daerah di Nagoya. Ia pun mampu mengajak sang suami menjadi muslim. Anak-anaknya pun senang menggeluti kegiatan rohani.
Membaca novel “Menyemai Cinta di Negeri Sakura” terlihat jelas bahwa meski berada jauh dari keluarga dan sanak saudara, berada di negeri yang individualis dan tidak mempedulikan agama, ia tetap menjaga islam dan mampu menarik masyarakat Nagoya untuk menjadi muslimin dan muslimah. Tetap rutin beribadah menjalankan perintah Allah meski suara adzan lirih terdengar, masyarakat yang hanya memikirkan karier dan segala sesuatu duniawiah saja.
Novel ini menitik beratkan pada aktivitas rohani, keteguhan seseorang terhadap agamanya yaitu islam.
1.2 Alasan Pemilihan Judul
Setiap orang melakukan kegiatan pasti mempunyai alasan-alasan tertentu sesuai dengan kegiatan yang dilakukannya. Demikian juga dengan judul yang dikemukakan dalam penulisan ini yakni :
1. Novel Menyemai Cinta di Negeri Sakura memiliki hikmah bahwa meski berada di Negeri minoritas muslim, ia dapat mempertahankan dan menyebar islam dalam bentuk kegiatan muslim yang makin mempererat ukhuwah islam.
2. Mengetahui unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik dalam novel Menyemai Cinta di Negeri Sakura dan mengambil kandungan nilai pendidikan didalamnya.
1.3 Tujuan Penulisan
Setiap kegiatan penulisan pasti mempunyai tujuan yang akan dicapai. Tujuan dari penulisan ini adalah :
1. Untuk mendikripsikan unsur intrinsik dan ekstrinsik yang terdapat dalam novel Menyemai Cinta di Negeri Sakura karya Lizsa Anggraeny dan Seriyawati.
2. Untuk mengetahui nilai pendidikan dalam novel Menyemai Cinta di Negeri Sakura karya Lizsa Anggraeny dan Seriyawati.
1.4 Pembatasan Masalah
Masalah-masalah yang diidentifikasikan penulis tidak dapat dibahas semua mengingat keterbatasan penulis dalam penulisan ini. Dalam penulisan ini hanya akan dibahas sebagai berikut :
1. Analisis unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam novel Menyemai Cinta di Negeri Sakura karya Lizsa Anggraeny dan Seriyawati.
2. Nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Menyemai Cinta di Negeri Sakura karya Lizsa Anggraeny dan Seriyawati.
1.5 Metode Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan. Data didapat dalam bentuk tulisan, maka harus dibaca, disimak, hal-hal yang penting dicatat, kemudian juga mengumpulkan dan mempelajari sumber tulisan yang dapat dijadikan acuan dalam hubungannya dengan obyek yang akan diteliti.
Hasil pemahaman yang berupa cuplikan-cuplikan dalam novel Menyemai Cinta di Negeri Sakura yang relevan dan diklasifikasikan sesuai dengan fungsinya. Untuk mengumpulkan data perlu menggunakan tehnik-tehnik yang tepat dengan data yang hendak dicari atau dikumpulkan dalam penulisan.
Adapun tehnik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah non interaktif, yaitu catatan dokumen yang meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
1. Mencari sumber data dan mengumpulkan sumber data yang dapat digunakan sebagai pendukung penulisan.
2. Membaca dengan cermat dan teliti terhadap sumber data yang primer dan mencatat yang penting berdasarkan kelompok kelas kata.
3. Mengumpulkan data-data sekunder dari buku-buku referensi dan novel.
4. Merangkai teori dengan catatan sehingga menjadi perangkat yang harmonis yang siap sebagai landasan penulisan.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan atau renretan penulisan dari awal sampai akhir, tentang apa yang akan penulis teliti agar dapat dijadikan pedoman dalam pembahasan.
Secara rinci, laporan hasil penulisan ini dibagi menjadi 5 bab, yaitu :
- Bab I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, alasan
pemilihan judul, tujuan penulisan, pembatasan masalah, metode
pengumpulan data dan sistematika penulisan.
- Bab II Landasan teori yang meliputi pengertian novel, unsur pembangun novel, dan nilai pendidikan dalam karya sastra.
- Bab III Pembahasan Masalah terdiri dari analisis unsur intrinsik dan ekstrinsik novel serta sinopsis.
- Bab IV Penutup yang terdiri dari kesimpulan
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Sastra
Kata sastra dapat ditemukan diberbagai aspek dan konteks yang berbeda. Sastra merupakan istilah yang luas. Sastra dapat dipandang sebagai sesuatu hasil yang dapat dinikmati, sastra juga merupakan suatu yang erat hubungannya dengan ciri-ciri khusus suatu bangsa atau kelompok masyarakat.
Kata kesusastraan berasal dari bahasa sansekerta. Kata kesusastraan terbentuk dari kata susastra dan imbuhan ke-an. Sedangkan kesusastraan itu sendiri masih dapat dipecah lagi yaitu su dan sastra yang berarti tulisan atau karangan. Susastra berarti tulisan atau karangan yang indah dan baik, berimbuhan ke-an berarti segala hal atau sesuatu yang berhubungan dengan sastra. Kata kesusastraan dapat diartikan sebagai segala nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah.
Sastra adalah ciptaan manusia kedalam bentuk sastra, baik tulisan maupun lisan yang dapat menimbulkan rasa senang. Dalam Teory Of Literature karangan Rene Wellek dan Austin Werren dalam teori kesusastraan menyatakan ciri-ciri atau sifat-sifat kesusastraan antara lain: fiction (rekaan), imagination (daya angan) dan invention (daya cipta).
Dalam membaca dan memahami karya sastra kita selalu menghadapi keadaan yang paradoksal. Pada satu pihak sastra merupakan keseluruhan yang bulat, otonomi, disisi lain tidak berfungsi dalam situasi kosong.
Beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan tentang pengertian sastra. Sastra adalah karya imajinatif bermedia bahasa yang nilai atau unsur estetikanya dominan.
2.2 Pengertian Karya Sastra
Sesuatu yang disampaikan oleh sastrawan dalam karyanya adalah tentang manusia dengan segala macam perilakunya. Kehidupan manusia tersebut diungkapkan lengkap dengan nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Oleh karena itu, karya sastra dapat menambah kekayaan batin setiap hidup dan kehidupan ini. Karya sastra mampu menjadikan manusia memahami dirinya dengan kemanusiaannya.
Setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan ini terkandung nilai atau hikmah yang dapat kita petik manfaatnya. Untuk dapat menangkap nilai-nilai tersebut diperlukan kepekaan dan kearifan. Bagi orang awam hal yang mungkin tidak dapat menjadi semangat berarti bagi pengarang. Sesuatu yang dianggap tidak berarti oleh masyarakat itu diolah oleh pengarang kemudian diwujudkan kembali dalam bentuk karya sastra.
Karya sastra memiliki fungsi ganda yaitu sebagai hiburan sedangkan disisi lain berusaha memberikan nilai-nilai yang bermanfaat bagi kehidupan.
Fungsi karya sastra bagi hidup dan kehidupan ke dalam lima kelompok, yaitu :
1. Fungsi Rekreatif yaitu karya sastra dapat memberikan rasa senang, gembira serta menghibur para pembaca.
2. Fungsi Estetis yaitu karya sastra itu indah, secara otomatis karya sastra akan memberi keindahan bagi penikmatnya.
3. Fungsi Didaktif yaitu karya sastra yang baik biasanya mampu mengarahkan dan mendidik para pembaca karena nilai-nilai kebenaran yang terkandung didalamnya.
4. Fungsi Moralitas artinya karya sastra yang baik biasanya selalu mengandung nilai-nilai moral yang tinggi. Dengan begitu pembaca akan tahu bagaimana moral yang baik dan buruk bagi dirinya.
5. Fungsi Religiusitas yaitu karya sastra mengandung ajaran-ajaran agama yang harus dan wajib diteladani oleh para penikmatnya.
Sasaran karya sastra bukanlah pikiran penikmat, melainkan perasaan. Karya sastra tidak bermaksud agar penikmat tahu yang dikomunikasikan, melainkan mengajak apa yang dirasakan pengarang.
Karya sastra merupakan kehidupan buatan atau rekaan sastrawan. Kehidupan di dalam karya sastra adalah kehidupan yang telah diwarnai dengan sikap penulisnya, latar belakang pendidikannya, keyakinannya, dan sebagainya.
Karya sastra merupakan wujud ungkapan perasaan pengarang. Jika dilihat dari sifatnya, sastra merupakan karangan fiksi atau non ilmiah. Seperti juga karangan lain, karya sastra dibuat pengarang dengan maksud untuk mengkomunikasikan sesuatu kepada pembacanya. Hanya karena sifat dasarnya yang berbeda dengan karangan lain, maka sesuatu yang dikomunikasikan tersebut juga berbeda. Macam karya sastra antara lain :
1. Novel
Istilah tentang novel antara Negara satu dengan Negara lain beragam. Dalam Bahasa jerman disebut Novelle. Sedangkan dlam bahasa perancis disebut Nouvelle. Kedua istilah tersebut dipakai dalam pengertian yang sama yaitu prosa yang agak panjang dan sederhana karena hanya menceritakan maksud kejadian yang memunculkan suatu konflik yang mengakibatkan adanya perubahan nasib pelakunya.
Beberapa pendapat mengenai novel dikemukakan oleh para ahli sastra. Namun sampai saat ini belum ada patokan yang dapat diterima oleh semua pihak.
Novel dalam arti umum berarti cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas yaitu cerita dengan plot dan tema yang kompleks, karakter yang banyak dan setting cerita yang beragam. Novel merenungkan dan melukiskan realitas yang dilihat, dirasakan dalam bentuk tertentu dengan pengaruh tertentu atau ikatan yang dihubungkan dengan tercapainya gerak-gerik hasrat manusia.
Novel memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Menceritakan sebagian kehidupan yang luar biasa
2. Terjadinya konflik hingga menimbulkan perubahan nasib
3. Terdapat beberapa alur atau jalan cerita
4. Terdapat beberapa insiden yang mempengaruhi jalan cerita
5. Perwatakan atau penokohan dilukiskan secara mendalam
Novel ialah suatu cerita dengan alur panjang mengisi satu buku atau lebih yang Mengarang kehidupan manusia yang bersifat imajinatif The Advanced Meaner Of Current English, menceritakan kehidupan manusia hingga terjadinya konflik yang dapat menyebabkan perubahan nasib bagi para pelakunya.
Manfaat dari membaca novel adalah memberi kesadaran kepada pembaca tentang kebenaran-kebenaran hidup ini. Selain itu dapat memberikan kegembiraan dan kepuasan batin, memberikan penghayatan yang mendalam terhadap apa yang kita ketahui, serta dapat menolong pembacanya menjadi manusia yang berbudaya. Hasil cipta sastra akan selalu berbicara masalah manusia dengan segala permasalahan hidupnya, baik hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungannya maupun manusia dengan penciptaNya.
Hasil karya sastra novel mengandung keindahan yang dapat menimbulkan rasa senang, nikmat, terharu, menarik perhatian, menyegarkan perasaan pembaca, pengalaman jiwa yang terdapat dalam karya sastra memperkaya kehidupan batin manusia khususnya pembaca.
2. Cerpen
Cerpen mengalami perkembangan yang sangat pesat ketika masa penjajahan jepang. Pada masa itu segala sesuatu dituntut serba singkat dan cepat. Karena pengaruh suasana, maka dalam mengutarakan perasaannya pengarang juga mengikuti keadaan. Pengarang mengutarakan segala sesuatu secara singkat dan memilih medianya yaitu bentuk cerpen.
Cerpen singkatan dari cerita pendek. Oleh karena itu bentuknya yang pendek, maka yang ditampilkan oleh cerpen hanyalah sebagian saja dari kehidupan yang dialami oleh tokoh cerita.
Sebuah cerpen pada dasarnya menuntut adanya perwatakan yang jelas. Tokoh merupakan pusat sorotan dalam cerita. Unsur penokohan dalam cerpen terasa lebih dominan, daripada unsur yang lain. Dengan membaca cerpen seorang pembaca akan memahami karakter tokoh cerita yang dimiliki. Jadi, membaca cerpen tidak sekedar mengetahui jalan cerita tetapi mengetahui manusia dengan sifat-sifatnya.
Suatu hasil sastra dapat dikategorikan ke dalam cerita pendek harus dilihat dari ruang lingkup permasalahan yang ditampilkan dalam karya sastra tersebut. Biasanya cerpen hanya akan menampilkan suatu pokok permasalahan saja dalam cerita. Karena permasalahan yang ditampilkan hanya satu atau permasalahannya tunggal, maka tidak memungkinkan tumbuhnya digresi dalam cerita pendek. Cerpen yaitu kisahan yang memberi kesan tunggal yang dominant tentang suatu tokoh dalam latar dan satu situasi dramatik.
Predikat pendek pada kata cerita pendek bukan ditentukan oleh banyaknya halaman untuk mewujudkan cerita itu atau sedikitnya tokoh yang terdapat dalam cerita itu, melainkan lebih disebabkan oleh ruang lingkup permasalahan yang ingin disampaikan oleh bentuk karya sastra tersebut. Jadi, sebuah cerita pendek belum tentu dapat digolongkan ke dalam jenis cerita pendek apabila ruang lingkup permasalahan yang persyaratan yang dituntut oleh cerita pendek.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa cerpen hanya menceritakan permasalahan tunggal. Mengenai jumlah halaman tidak akan berpengaruh banyak terhadap jenis karya sastra ini. Cerita yang pendek belum tentu cerita pendek dan cerita agak panjang pun kadang-kadang dapat dikategorikan sebagai cerpen jika permasalahannya tunggal. Oleh karena permasalahannya tunggal, maka cerpen cenderung pendek.
Perbedaan antara Novel dan Cerpen :
Novel : Terjadi konflik batin
Cerpen : Tidak harus terjadi
Novel : Perwatakan digambarkan secara detail
Cerpen : Perwatakan digambarkan secara singkat
Novel : Alur lebih rumit
Cerpen : Akhir ceritanya sederhana
Novel : Latar lebih luas dan waktunya lebih lama
Cerpen : Latar hanya sebentar dan terbatas
Novel : Novel lebih panjang karangannya daripada cerpen
Cerpen lebih pendek karangannya
Novel : Unsur-unsur cerita dalam novel lebih kompleks dan beragam dibandingkan cerpen
Cerpen : Unsur cerita dalam cerpen relative sederhana dan pasti tunggal
Novel : Novel minimal halamannya adalah 100 halaman
Cerpen : Cerpen halaman maksimal 30 kuarto
Novel : Jumlah kata dalam novel minimal 35.000 kata
Cerpen : Jumlah kata dalam cerpen maksimal 10.000 kata
Novel : Lama untuk membaca novel kira-kira 30-90 menit
Cerpen : Waktu yang dibutuhkan untuk membaca cerpen hanya 10 menit
Persamaan antara Novel dan Cerpen :
1. Keduanya sama-sama prosa baru
2. Mengandung unsur intrinsik
3. Sama-sama termasuk karya sastra
4. Sama-sama termasuk cerita fiksi
3. Puisi
Puisi yaitu salah satu bentuk/ ragam sastra yang diwujudkan dengan kata-kata/bahasa yang indah dan padat yang mengandung nilai-nilai.
Jika dilihat dari isinya puisi terdiri atas berbagai macam diantaranya yaitu Elegi, Balada dan Ode. Jika dilihat berdasarkan zamannya, puisi dikelompokkan menjadi 3 yaitu puisi lama, puisi baru dan puisi modern.
Puisi lama biasanya masih sangat mementingkan masalah rima, irama dan aturan-aturan yang lain. Yang termasuk puisi lama yaitu syair, pantun, gurindam dan seloka. Puisi baru sudah mulai meninggalkan aturan-aturan dalam puisi lama. Hanya saja
dalam puisi baru masih memperhatikan jumlah baris dalam tiap baitnya. Karya sastra puisi baru antara lain: distikon, tersina, kuartren dan sebagainya.
Puisi modern sudah jelas dari segala aturan seperti yang mengikat pada puisi lama. Puisi modern biasanya mengutamakan isi daripada bentuknya. Misalnya rima, irama dan yang lainnya menjadi aturan dalam puisi lama tidak lagi diperhatikan dalam penyusunan puisi modern. Meskipun dalam puisi modern telah bebas dari segala aturan seperti yang mengikat pada puisi lama. Tetapi ia tetap berbentuk puisi yang memiliki perbedaan dengan karya sastra yang lain. Karya sastra puisi tetap menggunakan bahasa yang singkat dan padat.
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
3.1 Analisis Unsur Intrinsik Novel
3.1.1 Alur/ Plot
Alur adalah penceritaan rentetan peristiwa yang penekanannya ditumpukan kepada sebab-akibat. Untuk merangkai peristiwa-peristiwa menjadi kesatuan yang utuh, pengarang harus menyeleksi kejadian mana yang perlu dikaitkan serta mana yang kiranya harus dipenggal ditengah-tengah. Hal yang demikian berguna untuk lebih menghidupkan cerita menjadi menarik sehingga pembaca berambisi terus untuk menekuninya.
Alur dalam cerita kadang sulit untuk dicari karena tersembunyi dibalik jalan cerita. Namun, jalan cerita bukanlah alur. Jalan cerita hanyalah manifestasi bentuk wadah, bentuk jasmaniah dari alur cerita. Dengan mengikuti jalan cerita maka dapat ditemukan alur.
Alur bisa dengan jalan progresif (alur maju) yaitu dari awal, tengah, dan akhir terjadinya peristiwa. Tahap progresif bersifat linier. Jalan regresif (alur mundur) yaitu bertolak dari akhir cerita, menuju tahap tengah atau puncak dan berakhir pada tahap awal. Tahap regresif bersifat non linier. Ada juga tehnik pengaluran flash back (sorot balik) yaitu tahapannya dibalik seperti halnya regresif. Flash back mengubah tehnik pengaluran dari progresif ke regresif. Selain yang tersebut diatas ada juga tehnik alur yang lain yaitu tehnik tarik balik (back tracking) yang dalam tahap tertentu peristiwa ditarik ke belakang.
Alur adalah sambung-sinambungnya peristiwa berdasarkan hukum sebab akibat. Alur tidak hanya mengemukakan apa yang terjadi, tetapi yang lebih penting ialah menjelaskan mengapa hal itu terjadi, dengan sambung-sinambungnya peristiwa ini terjadilah sebuah cerita. Sebuah cerita bermula dan berakhir. Antara awal dan akhir ini lah terlaksana alur itu. Tentu sudah jelas, alur itu mempunyai pula bagian-bagiannya yang sederhana dapat dikenal sebagai permulaan, pertikaian dan akhir.
Walaupun cerita rekaan berbagai macam contoh, ada pola-pola tertentu yang hampir selalu terdapat dalam sebuah cerita rekaan, yang disebut struktur umum alur, yang digambarkan sebagai berikut :
1. paparan (exposition)
Awal 2. rangsangan (inciting moment)
3. gawatan (rising action)
4. tikaian (conflict)
Tengah 5. rumitan (complication)
6. klimaks (climax)
7. leraian (falling action)
Akhir 8. selesaian (denouement)
Berdasarkan teknik pengaluran, novel Menyemai Cinta di Negeri Sakura menggunakan alur sorot balik (flash back), yaitu urutan tahapannya dibalik seperti regresif. Sorot balik dapat terlihat dalam kutipan berikut :
“Hari itu aku pergi berbelanja ke Supermarket yang agak jauh dari rumahku….” (Lizsa, 2007 :166).
“Kejadian itu telah berlalu beberapa tahun, tetapi masih membekas kuat dalam ingatan. Karena aku tak tahu mengapa pertanyaan seperti itu terlontar. Hingga kini ku tak tahu jawabnya….” (Lizsa, 2007 :190).
3.1.2 Penokohan/ Perwatakan/ Karakter
Penokohan merupakan proses yang digunakan pengarang untuk menciptakan tokoh-tokoh pelaku cerita serta sifat atau gambaran yang berkenaan dengannya.
Tokoh yang terdapat dalam suatu cerita memiliki peran yang berbeda-beda.
Menurut fungsinya, tokoh dibagi menjadi 3 yaitu :
Tokoh Sentral yaitu tokoh yang menentukan gerak dalam suatu cerita.
Tokoh Utama yaitu tokoh yang mendukung suatu cerita baik tokoh protagonis maupun antagonis.
Tokoh Pembantu yaitu tokoh yang hanya berfungsi melengkapi terjadinya suatu cerita.
Menurut perannya, tokoh dibagi menjadi 3 yaitu :
Tokoh Protagonis yaitu pelaku yang memiliki watak yang baik sehingga disenangi pembaca.
Tokoh Antagonis adalah pelaku yang tidak disenangi pembaca karena memiliki watak yang tidak sesuai dengan apa yang diidamkan oleh pembaca.
Tokoh Tritagonis adalah pelaku yang membantu dalam suatu cerita, baik tokoh protagonis maupun antagonis.
Penyajian watak dan tokoh serta penciptaan citra tokoh terdapat beberapa metode, masing-masing dengan kelebihan dan kekurangannya. Ada kalanya Pengarang melalui penceritaan mengusahakan sifat-sifat tokoh, pikiran, hasrat dan perasaannya. Kadang menyisipkan komentar pernyataan setuju tidaknya akan sifat-sifat tokoh itu.
Secara garis besar dapat mengenal watak para tokoh dalam sebuah cerita yaitu melalui apa yang diperbuatnya melalui ucapan-ucapannya, melalui penggambaran fisik seorang tokoh, melalui pikiran-pikirannya dan melalui penerangan langsung dari pengarang.
Penokohan adalah penampilan watak atau karakter para tokoh oleh pengarang.
Penampilan watak yang dilakukan oleh pengarang ada tiga macam cara yaitu :
Cara Analitik yaitu pengarang secara langsung memaparkan watak tokoh-tokohnya. Misalnya, pengarang menyebutkan watak tokoh yang pemarah, otoriter, sombong, kasar, dan sebagainya.
Cara Dramatik yaitu watak tokoh dapat disimpulkan dari pikiran, cakapan, perilaku tokoh, bahkan penampilan fisik, lingkungan atau tempat tokoh, cara berpakaian dan pilihan nama tokoh, dan sebagainya.
Cara Campuran yaitu gambaran watak tokoh menggunakan cara Analitik dan Dramatik secara bergantian.
Dalam novel “Menyemai Cinta di Negeri Sakura”, cara yang digunakan pengarang untuk menampilkan watak tokoh dalam ceritanya, menggunakan cara Analitik. Pengarang memaparkan watak tokoh-tokohnya yang ditunjukkan pada kutipan berikut ini :
“Joy, seorang suami yang otoriter (perintah yang mutlak tidak boleh dilanggar). Namun, disisi lain sebenarnya ia sangat menyayangi istrinya yaitu Ummu S.” ( Lizsa, 2007 :17).
“Ummu S, istri Konsulat Bosnia. Lahir dan besar sebagai seorang muslim. Namun, tergerak hati untuk belajar agama di usia senja. Ia seorang ibu rumah tangga, sabar dan pengalah.” (Lizsa, 2007 :15)
“Saya percaya, galaknya mertua, cerewetnya mertua atau cap miring apalah yang ada pada mertua, tidak lebih semata-mata karena mereka pun adalah manusia. Hamba Allah yang tak lepas dari sifat baik dan buruk. Namun ada kalanya ibu mertua seperti sahabat yang bisa diajak curhat. Kalaupun ada pergesekan,saya anggap hal yang wajar tak perlu dimasukkan dalam hati.” (Lizsa, 2007: 68-69).
Berdasarkan fungsinya, tokoh dalam novel “Menyemai Cinta di Negeri Sakura” menampilkan tokoh protagonis dan antagonis. Tokoh utama yang protagonis adalah Ummu S, semenjak dalam perantauan negeri Sakura, Nagoya yang individualis, seorang suami yang otoriter. Namun ia tetap tegar dan tabah. Yang akhirnya ia berhasil menarik warga masyarakat Nagoya untuk mengenal islam. Hingga semua berhasil membangun organisasi islamiah di berbagai daerah. Anak-anaknya pun ikut serta menggeluti islam serta suaminya pun mau untuk beragama islam dan berubah menjadi sosok yang penyayang.
Tokoh Antagonis adalah Joy suami Ummu S sendiri. Ia tidak setuju dengan agama yang dianut Ummu S yaitu Islam. Dia berusaha mempengaruhi Ummu S untuk melepas jilbab kemana pun ia pergi. Akan tetapi Ummu S mampu mengelak dengan berbagai akal untuk menjawabnya. Pernyataan tersebut terdapat dalam kutipan dibawah ini :
“Sudah. Lepas aja tutup kepalanya itu…”katanya. (Lizsa, 2007: 106)
“Kalau bisa, jangan pakai itu, kata suamiku kedua kalinya. Liat tuh di TV, orang Islam ngebom Inggris,” katanya pula. Dia masih mencoba menggoncangkan kemantapan hatiku….” (Lizsa, 2007: 107)
Tokoh bawaannya yaitu Kiki, Yosh, Chi-chi, Mertua Ummu S, Shota dan Takahashi. Disebut tokoh bawaan karena kemunculannya berfungsi untuk mendukung tokoh utama, walaupun sebagian ada hubungannya dengan tokoh utama. Dilihat dari cara menampilkan tokoh, dalam novel “Menyemai Cinta di Negeri Sakura”menggunakan tokoh bulat. Pengarang menampilkan tokoh protagonist Ummu S selain menyoroti sifat baik, sabar, tabah, rajin sembahyang dan penolong, juga menyoroti sifatyang tidak baik, tidak mensyukuri nikmat Allah yang diberikan kepadanya.
3.1.3 Latar/ Setting
Latar adalah tempat suatu peristiwa dalam cerita yang bersifat fisikal biasanya berupa waktu, tempat dan ruang. Termasuk didalam unsur latar adalah waktu, hari, tahun, periode sejarah, dan lain-lain.
Latar cerita mencakup kerengan-keterangan mengenai keadaan sosial dan tempat dimana peristiwa itu terjadi.
Fungsi latar selain memberi ruang gerak pada tokoh juga berfungsi untuk menghidupkan cerita. Dalam latar ini, pengarang menampilkan tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa yang selain berkaitan untuk membangun cerita yang utuh.
Kemunculan latar dalam cerita disebabkan adanya peristiwa, kejadian, juga adanya tokoh. Tokoh dan peristiwa membutuhkan tempat berpijak, membutuhkan keadaan untuk menunjukkan kehadirannya.
Latar dalam novel “Menyemai Cinta di Negeri Sakura”meliputi aspek waktu, ruang dan suasana.
1. Waktu
Novel “Menyemai Cinta di Negeri Sakura” menggunakan istilah waktu dalam cerita seperti pagi, sore, malam, sekian hari, sekian minggu, sekian bulan dan sebagainya. Terlihat dalam kutipan berikut :
“Dua minggu kebelakang saya mendapat kabar gembira dari seorang sahabat melalui telepon.” (Lizsa, 2007: 16)
“…..Kejadian tersebut telah berlalu lewat dari 10 tahun. Meski kini tak pernah lagi mengejar bus jurusan ini. Namun peristiwanya masih lekat dibenak.” (Lizsa, 2007: 43)
2. Tempat
Tempat yang digunakan dalam novel “Menyemai Cinta di Negeri Sakura”di Negara Jepang tepatnya di Nagoya. Tempat tinggal Ummu S setelah menikah dengan Joy. Terlihat dalam kutipan berikut :
“Di Nagoya tempat tinggal saya ada kegiatan pengajian keluarga yang dilaksanakan tiap hari ahad pekan ke dua”. (Lizsa, 2007: 192)
3. Suasana
Suasana yang tergambar dalam novel ini adalah suasana kota Nagoya yang Individualis. Negara sekuler yang tak peduli akan keberadaan agama. Kehidupan bebas, hedonisme, serta mementingkan karier duniawiah saja.
3.1.4 Gaya bahasa
Bahasa dalam karya sastra mempunyai fungsi ganda. Ia tidak hanya sebagai alat penyampaian maksud pengarang, melainkan juga sebagai penyampaian perasaan. Pengarang dalam menyampaikan tujuannya dapat menggunakan cara-cara lain yang tidak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Cara-cara tersebut misalnya dengan menggunakan perbandingan-perbandingan, menghidupkan benda-benda mati, melukiskan sesuatu keadaan dan menggunakan gaya bahasa yang berlebihan.
Usaha atau tindakan yang dilakukan sastrawan agar pendengar atau pembaca tertarik dan terpengaruh oleh gagasan yang disampaikan melalui tuturnya dengan pemilihan bahasa, pemakaian ulasan, dan pemanfaatan gaya bertutur Bahasa dalam novel ini menggunakan bahasa tak baku. Bahasa yang tidak sesuai dengan EYD. Terdapat dalam kutipan berikut :
“Nggak….nggak suka ah,”kata Kiki dengan wajah tak suka. (Lizsa, 2007:130)
“Ah….masih agak sepi, nih,” batinku senang. (Lizsa, 2007: 119)
Sementara gaya bahasa antara lain meliputi :
Personifikasi
Perbandingan Metafora
Alegori
Perumpamaan
Majas Hiperbola
Pertentangan Ironi
Litotes
Metonimia
Pertautan Alusio
Eufimisme
Sinekdok
Parsprototo Totemproparte
Serta menggunakan gaya bahasa personifikasi yaitu membandingkan benda yang tercantum dalam kutipan berikut :
“….suara hati yang satu makin menonjolkan dorongannya.”
“Tapi aku ragu, dan sedikit takut kalau nanti tak berjalan lancar….,” bisik hati yang lain. (Lizsa, 2007: 118)
3.1.5 Amanat
Amanat adalah suatu ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan pengarang. Amanat dipakai pengarang untuk menyampaikan tanggung jawab problem yang dihadapi pengarang lewat karya sastra. Amanat merupakan pesan atau gagasan yang mendasar yang dituangkan pengarang dalam karyanya untuk memecahkan peristiwa yang terjadi.
Istilah amanat berarti pesan. Amanat cerita merupakan pesan pengarang kepada pembaca atau publiknya. Pesan yang hendak disampaikan mungkin tersurat. Tetapi mungkin juga tidak jelas, samara-samar atau tersirat.
Amanat yang terdapat dalam novel “Menyemai Cinta di Negeri Sakura” adalah :
“Hendaknya seseorang bersabar dalam segala hal menghadapi cobaan hidup, tetap mempertahankan islam diri di Negara yang minoritas Islam, hura-hura, hedonisme dan sebagainya. Dan setidaknya kita mampu mengajak non muslim atau orang-orang tak beragama untuk bergabung masuk islam dengan teknik pengajaran yang menarik.”
Inilah amanat yang dapat penulis ambil dari novel “Menyemai Cinta di Negeri Sakura”karya Lizsa Anggraeny dan Seriyawati yang diambil secara tersirat.
3.1.6 Tema
Pengarang dalam menulis ceritanya bukan sekedar mau bercerita tetapi mau mengatakan suatu hal pada pembacanya. Sesuatu yang ingin dikatakan itu bila suatu masalah kehidupan, pandangan hidupnya tentang kehidupan ini atau karakter terhadap kehidupan ini. Kejadian dan perbuatan tokoh cerita, semua didasari oleh ide dari pengarang.
Berdasarkan keterangan diatas dan dengan membaca novel Menyemai Cinta di Negeri Sakura karya Lizsa Anggraeny dan Seriyawati mengisahkan pelaku utama yaitu Ummu S atau Mrs A, dengan segala permasalahan yang dihadapi maka akan ditemukan ide dasar cerita atau tema yang terkandung didalam karya sastra tersebut.
Adapun tema dari novel ini ialah keteguhan hati dan pendirian agama dalam negeri perantauan.
3.1.7 Sudut Pandang/ Point Of View
Sudut Pandang ialah cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkan. Sudut Pandang merupakan hasil karya seorang pengarang sehingga terdapat pertalian yang erat antara pengarang dengan karyanya.
Sudut Pandang/ Point Of View menyarankan pada cara sebuah cerita kisahan. Ia merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Pusat pengisahan meliputi : narrator omniscient,narrator observer, narrator observer omniscient, serta narrator the third person omniscient.
Sudut Pandang cerita itu sendiri secara garis besar dapat dibedakan ke dalam 2 macam : persona pertama, gaya “aku”, dan persona ketiga, gaya “dia”.
Pusat pengisahan adalah posisi dan penempatan diri pengarang dalam cerita, atau darimana dia melihat peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam cerita itu.
Lizsa Anggraeny dan Seriyawati menceritakan para pelaku dalam novel adalah pengarang sebagai orang pertama dengan kata aku atau –ku untuk tokoh utama. Dapat dilihat dalam kutipan berikut :
“Aku menguatkan diri sendiri dengan menceramahi diri, mengolok diri dan mempertanyakan langkah-langkahku selama ini.” ( Lizsa, 2007: 109)
“Disinilah, cintaku bersemi dan makin mekar kepadaNya. Yang kuharap hanyalah cintaNya.” (Lizsa, 2007: 109)
3.2 Analisis Unsur Ekstrinsik Novel
Dalam karya sastra, nilai-nilai pendidikan yang disampaikan penciptaannya dimuat didalamnya. Hasil karya sastra, pengarang tidak hanya ingin mengekspresikan pengalaman jiwanya saja tetapi secara implisit juga mempunyai maksud dorongan, mempengaruhi pembaca untuk memahami, menghayati dan menyadari masalah serta ide yang diungkapan termasuk nilai-nilai pendidikan yang terdapat didalam karya sastra tersebut. Pembaca bisa mengambil nilai-nilai pendidikan yang terdapat didalamnya.
Pembaca karya sastra bisa mengambil pelajaran serta hikmah, nilai-nilai dan contoh-contoh dari karya sastra yang dibacanya dengan penuh kesadaran sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan dan pengajaran sastra jika ditangani dengan bijaksana, akan membawa kita dan anak-anak didik ke dalam kontak dengan pikiran-pikiran dan kepribadian-kepribadian besar dunia. Para pendidik dan pemikir besar dari berbagai zaman.
Unsur kepribadian dapat dilatih melalui pendidikan dan pengajaran sastra, meliputi :
1. Penginderaan (Sensory)
Dalam pengambangan aspek ini studi sastra dapat digunakan untuk memperluas jangkauan dari semua unsure penginderaan klasik yaitu pengliatan, pedengaran pengecap, pembau, sentuhan, perabaan, pembeban.
2. Kecerdasan (intellect)
Bentuk pendidikan yang paling bernilai adalah yang telah mengajarkan para siswa untuk memecahkan masalah bagaimana memperoleh kebenaran-kebenaran yang memungkinkan. Untuk dapat menguji derajat atau peringkat keberhasilannya. Adapun sastra mengandung hal-hal yang menjadi tuntutan dalam dunia pendidikan tersebut.
3. Perasaan (feel)
Sastra memberikan kepada kita sesuatu cakupan situasi dan kegawatan yang luas yang seakan-akan menstimulasi beberapa jenis respondensi emosional dan juga bahwa dalam keseluruhannya penulis sastra lazim menyajikan situasi-situasi itu dalam cara-cara yang memungkinkan kita untuk mengeksplorasi, mengkaji dalam perasaan kita dalam suatu cara kemanusiaan yang layak.
4. Kesadaran Sosial
Sastra berfungsi menghasilkan suatu kesadaran konprehensip terhadap orang lain. Penulis-penulis sastra modern, termasuk penulis sastra Indonesia, telah banyak berbuat untuk merangsang minat dan simpati pada masalah-masalah kegagalan, ketidak beruntungan, ketertindasan, ketidakberhasilan, pengucilan. Rasa hina dan sakit hati, yaitu mereka yang memerlukan protes.
5. Kesadaran Religius
Baik suka maupun tidak suka, apakah kita tahu betul atau tidak, segala pikiran dan perbuatan kita secara rutin didasarkan beberapa asumsi positif dan semua kecerdasan manusia pada abad ini, termasuk manusia Indonesia akan selalu didasarkan pada pragmatisme kehidupan mereka yang lebih daripada diatas landasan rohaniah atau spiritual yang rapuh.
Berdasarkan uraian diatas, nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalam novel “Menyemai Cinta di Negeri Sakura”dapat dikaji dan dianalisis.
Unsur Ekstrinsik novel adalah unsur yang berasal dari luar cerita. Meliputi nilai religi, nilai susila atau nilai estetika serta nilai sosial dan sebagainya.
Karya sastra mengandung nilai-nilai pendidikan yang tergantung pada pengertian yang didapat pembaca lewat karya sastra yang dipahami. Nilai-nilai pendidikan tersebut didapat dalam novel “Menyemai Cinta di Negeri Sakura” meliputi :
1. Nilai Religi/ Nilai Agama
Agama adalah risalah yang disampaikan Allah kepada Nabi sebagai petunjuk bagi manusia dalam menyelenggarakan tata cara hidup yang nyata serta mengatur hubungan dan tanggung jawab kepada Allah, dirinya sebagai hamba Allah, manusia dan masyarakat serta alam sekitarnya.
Agama dan pandangan hidup kebanyakan orang menekankan kepada ketentraman batin, keselarasan dan keseimbangan serta sikap menerima terhadap apa yang terjadi. Pandangan hidup yang demikian jelas memperhatikan bahwa apa yang dicari adalah kebahagiaan jiwa, sebab agama adalah pakaian hati, batin atau jiwa. Kesadaran religius dalam upaya mengembangkan kepribadian melalui pendidikan dan pengajaran.
Nilai religius dalam novel “Menyemai Cinta di Negeri Sakura” antara lain :
Salah satu keindahan itu adalah saya semakin menghargai gaungan gema adzan. Ketika masih berada ditanah air, dimana suara adzan sangat mudah di dengar.
Di bulan Ramadhan amalan sunnah dihitung sebagai amalan fardlu diberi ganjaran 700X lipat. Puasa fisabilillah akan dijauhkan wajahnya dari api neraka sejauh 70 tahun. Puasa Ramadhan akan memberi syafaat di yaumil akhir.
Terbukanya pintu surga Al-Rayyan bagi orang-orang yang berpuasa. Juga menghapus dosa-dosa yang lalu. (Lizsa, 2007: 188)
Kegiatan para tokoh memberi nilai religius dapat terlihat dalam kutipan berikut:
…..Allah membimbingnya untuk datang ke sebuah pengajian keliling di daerahnya….(Lizsa, 2007: 17-18)
Di Nagoya kota tempat tinggal saya ada kegiatan pengajian keluarga yang dilaksanakan tiap hari ahad pekan kedua. Acara itu diadakan dirumah salah satu keluarga secara bergantian tiap bulannya. (Lizsa, 2007: 192)
2. Nilai Estetika
Semua karya sastra atau karya seni memiliki keindahan apabila terdapat keutuhan antara bentuk dan isi, keseimbangan dan keserasian penampilan dari karya seni yang lain. Nilai keindahan akan tampak lebih relatif, jika yang kita perhatikan adalah penilaian atau penghargaan terhadap sastra itu.
Sastra sebagai cabang seni akan melengkapi sentuhan estetis dengan mengembangkan aspek rasa ini demi sempurnanya aspek keindahan dalam sastra, yang dihubungkan dengan tehnik cerita, gaya bahasa, unsur-unsur yang lain sebagai variasinya. Nilai estetika adalah nilai kesopanan dan budi pekerti atau akhlak. Nilai susila adalah yang berkenan dengan tata krama atau disebut beradab.
Nilai susila atau estetika dapat terlihat dalam kutipan berikut :
“Saya mendengar itu hanya bisa ikut tersenyum geli. Tapi tidak demikian dengan ibu dari sang anak tersebut. Mimik sang ibu terlihat kaget. Ia langsung mendekati saya dan berkata,” Maaf…maafkan anak saya…maaf ,”ujar sang ibu.
Bagi setiap orang yang melakukan suatu kesalahan hendaknya segera mengucap maaf, itu adalah cara berperilaku yang baik. Terdapat kata membungkukkan badan, bagi orang Indonesia terutama Jawa itu menunjukkan sikap yang sopan dan menghormati orang lain.
3. Nilai Sosial
Keadaan seseorang sebagai individu tidak terlalu penting. Tetapi individu ini secara bersama membantu masyarakat yang selaras akan menjamin kehidupan yang lebih baik bagi masing-masing individu. Manusia tidak bisa lepas hidup sendiri terpisah dari yang lainnya. Lebih-lebih bila seseorang belum mampu menyelesaikan kebutuhan jasmaninya sendiri walaupun itu yang paling sederhana, seperti seorang anak kecil yang belum mampu mengerjakan sendiri
untuk mencukupi kebutuhannya seperti misalnya mandi, makan, berpakaian, dan sebagainya tanpa bantuan orang lain baik itu ayah, ibu maupun kakaknya.
Dalam novel ini banyak terlihat interaksi sosial yang terjadi. Antara lain : suasana kebersamaan, saling membantu, menghargai, menghormati dan menyayangi satu sama lain dalam mengerjakan sesuatu akan menghasilkan hal positif. Hal inilah yang dinamakan nilai kerukunan atau nilai sosial.
Manusia perlu dihargai, dihormati dan diperlakukan secara layak. Sudah sepantasnya kita menghargai jerih payah dan keinginannya untuk membantu tugas rumah tangga meski tanpa adanya limitasi pekerjaan. (Lizsa, 2007: 74)
4. Nilai Moral
Moral merupakan tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari nilai baik-buruk, benar dan salah berdasarkan adapt kebiasaan dimana individu itu berada.
Pesan-pesan moral yang terdapat pada novel “Menyemai Cinta di Negeri Sakura” ini bisa diambil setelah membaca dan memahami isi ceritanya. Penulis menemukan segi positif dan negatifnya. Kedua hal itu perlu disampaikan, sebab kita dapat memperoleh banyak teladan yang bermanfaat. Segi positif harus ditonjolkan sebagai hal yang patut ditiru dan diteladani. Demikian segi negatif perlu juga diketahui serta disampaikan kepada pembaca. Hal ini dimaksudkan agar kita tidak tersesat, bisa membedakan mana yang baik mana yang buruk. Seperti halnya orang belajar. Ia akan berusaha untuk bertindak lebih baik jika tidak tahu hal-hal yang buruk dan tidak pantas dilakukan.
Nilai Moral dalam novel Menyemai Cinta di Negeri Sakura, Jadilah seseorang yang menyemai cinta pada-Nya meski berada dalam perantauan.
3.3 Sinopsis
Cerita menggambarkan tentang kehidupan Mrs A atau Ummu S, hidup di negeri Sakura dengan keislamannya. Menikah dengan pria pilihannya dengan harapan hidup berkecukupan dan bahagia. Namun, ternyata kebahagiaan itu hanya semu. Istri identik dengan pembantu bagi suami. Perlakuan kasar secara fisik/ melalui ucapan yang melukai hati. Sering terlontar dari laki-laki yang menjadi Qawwam baginya. Perintah-perintah otoriter yang mutlak tak dapat dilanggar. Lemahnya iman dan tak kuatnya dasar pijakan Ruhiyah, menyebabkan dia terombang ambing dalam kehidupan.
Ia seorang ibu rumah tangga, yang dianggap remeh ternyata tak sesederhana yang dibayangkan. Melewati tahun pernikahan ke-8 sudah tak terhitung berapa banyak pertanyaaan sejenis tapi Ummu S belum bisa menjawab.
Masalah klasik ketidakcocokan antara mertua dan menantu sering terjadi setelah pernikahan. Yang awalnya begitu baik hati dan dirasa lebih perhatian daripada ibu kandungnya sendiri.
Seiring berjalannya waktu. Suatu hari ketika memandang cermin. Ummu S merasa banyak kekurangan dalam tubuhnya. Hidung yang tidak mancung *(pesek = Bahasa Jawa), bulu mata yang tidak lentik, serta berbagai titik minus lainnya yang menimbulkan kekecewaan dalam diri, menimbulkan organ-organ yang tak menghargai kondisi apa adanya. Hingga ketika mencuci piring, tanpa disadari ibu jari tangan kirinya terluka oleh pecahan gelas yang ditumpuk bersama dengan piring kotor. Sehingga dia harus dirawat ke UGD. Ternyata menurut ahli syaraf, otot ibu jari tangan kirinya ada yang putus. Maka dari itu telapak tangan kirinya harus di gips selama 3 pekan. Dan perlu waktu kira-kira 3 bulan untuk mengembalikan fungsi otot. Ini semua terjadi akibat dirinya yang tidak mensyukuri anugerah yang ada.
Sekian lama Ummu S memakai jilbab membuat suaminya risih dan menyuruh untuk melepas jilbab. Ummu S hanya diam dan dengan ragu dia menuruti perintah suami. Semakin lama akhirnya dia gerah dengan perbuatan buka tutup jilbab. Merasakan dikejar oleh dosa, merasa mempermainkan Allah. Karena takut akan laknat Allah maka ia pun menentang perintah suaminya dan kembali berjilbab sepenuhnya. Tiap malam memanjatkan dan memohon kekuatan dan kesabaran dan petunjuk-Nya.
Meskipun hidup jauh dari suasana keislaman, seperti tidak terdengarnya suara adzan dari masjid-masjid, mushola ataupun langgar, ceramah-ceramah keagamaan di TV atau majelis taklim, tetapi mereka yang minoritas senantiasa berusaha saling menjaga keimanan dan membuat beragam kegiatan. Bahkan di negeri orang inilah rasa persaudaraan sesama perantauan terasa mudah terjalin dan terikat kuat.
Setelah tinggal di Jepang, tidak sedikit yang makin meningkat keimanannya dan memakai jilbab. Bahkan bisa mengajak teman-temannya sesama orang Indonesia memakai jilbab dan juga membuat orang Jepang menjadi tertarik dengan agama islam.
Di Nagoya, kota tempat tinggal Ummu S ada kegiatan pengajian keluarga yang dilaksanakan tiap hari ahad pekan kedua. Acara itu diadakan dirumah salah satu
keluarga secara bergantian tiap bulannya. Lalu tiap hari Ahad di akhir bulan ada pengajian umum yang sebelumnya dimulai dengan acara mengaji untuk anak-anak.
Selain itu, untuk menambah jam belajar dan bermain bersama anak-anak, ada pula kegiatan mengaji tiap hari Sabtu di Masjid Nagoya. Juga ada kegiatan mengkaji Al- Qur’an bagi ibu-ibu. Kelompok mengaji Al- Qur’an ada beberapa kelompok berdasarkan wilayah tempat tinggal karena tempat tinggal mereka tersebar.
Untuk mereka para muslimah ada milis Fahima sebagai wadah forum silaturahmi muslimah di Jepang yang mencakup sampai ke negara-negara lain. Ada muslimah dari Perancis, Singapura, Qatar, Amerika dan lain-lain.
Meskipun hidup diluar negeri yang fasilitas keagamaannya masih kurang daripada di Indonesia, bukan berarti kehausan mereka akan belajar dan menambah pengetahuan tentang agama Islam tidak tersalurkan. Justru dengan adanya fasilitas teknologi canggih, komunikasi antara mereka bisa berjalan lancar. Ditambah dengan tersedianya transportasi yang beraneka ragam dan tepat waktu, membuat mereka mudah untuk melangkah kaki menuju majelis ilmu. Dan yang lebih penting lagi, bukan berarti mereka akan dengan mudah berganti agama.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan terhadap landasan teori serta analisis struktural novel menyemai Cinta di Negeri Sakura karya Lizsa Anggraeny dan Seriyawati pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
Sastra adalah karya imajinatif bermedia bahasa yang nilai atau unsur estetikanya dominan. Karya sastra adalah sesuatu yang disampaikan oleh sastrawan dalam karyanya adalah manusia dengan segala macam perilakunya berupa rekaan dari sastrawan. Memiliki 5 fungsi (Fungsi rekreatif, estetis, didaktif, moralitas dan religiusitas) yang intinya sebagai hiburan dan memberikan nilai-nilai yang bermanfaat bagi kehidupan. Macam-macam karya sastra modern antara lain : Novel, Cerpen, serta Puisi.
Hasil analisis unsur Intrinsik dan Ekstrinsik dalam novel Menyemai Cinta di Negeri Sakura karya Lizsa Anggraeny dan Seriyawati. Unsur Intrinsik meliputi :
1. Alur/ Plot, tehnik pengaluran yang digunakan pengarang adalah tehnik sorot balik/ Flash back yaitu urutan tahapan dibalik seperti regresif.
2. Penokohan, dilukiskan dengan jelas dalam cuplikan-cuplikan novel. Ummu S, tokoh yang menjunjung tinggi nilai-nilai religius dalam tiap langkah.
3. kehidupan dan tegar menghadapi setiap permasalahan hidup yang dialaminya. Sedangkan tokoh lain berkarakter sesuai dengan sifatnya.
4. Latar, meliputi aspek tempat, waktu dan suasana. Latar tempat dalam novel tersebut terjadi di beberapa tempat, antara lain di sebuah supermarket di Jepang, Nagoya, Stasiun Tokyo dan lain-lainnya. Aspek waktu pada tahun 2000-an, kebanyakan bahasa menggunakan bahasa tidak baku layaknya kehidupan saat ini. Suasana kehidupan yang dialami masyarakat Nagoya adalah karier, kesibukan yang dilakukan semata hanyalah kepentingan karier namun masih bersosialisasi dengan masyarakat meskipun ada yang bersifat individualis.
5. Amanat yang dapat dipetik adalah hendaknya seseorang bersabar dalam menghadapi cobaan hidup, tetap mempertahankan islam diri di Negara lain, serta mampu mengajak masyarakat untuk ikut serta menjadi muslimin dan muslimah yang baik.
6. Tema yang terdapat adalah keteguhan hati dan pendirian agama dalam negeri perantauan.
7. Gaya bahasa, dalam novel banyak menggunakan kata-kata tidak baku misal : Nggak…, Ah…, Agak…,…aja, dan lain sebagainya. Majas yang digunakan yaitu personifikasi.
8. Sudut Pandang, pengarang sebagai orang pertama dengan kataaku atau –ku untuk tokoh utama.
Unsur Ekstrinsik yang ada antara lain nilai religi adanya masjid tergambar dalam cerita novel meski hanya sedikit, acara siraman rohani dan lain sebagainya, nilai sosial, saling membantu, menghargai, menyayangi satu sama lain serta nilai estetika kesopanan dalam bertingkah laku yang dilakukan tokoh dalam novel adalah ucapan maaf bila sekiranya telah berbuat kesalahan. Itu akan lebih baik daripada tidak mengucap sekalipun.
--------------------------------------
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL………………………………………………… i
PENGESAHAN……………………………………..… ii
MOTTO………………………………………………. iii
PERSEMBAHAN……………………………………. iv
KATA PENGANTAR………………………………... v
.
DAFTAR ISI…………………………………………. vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah……………………………...… 1
1.2 Alasan Pemilihan Judul…………...……………………. 4
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………...... 4
1.4 Pembatasan Masalah…………………………...………. 5
1.5 Metode Pengumpulan Data…………………………...... 5
1.6 Sistematika Penulisan………………………………...... 6
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Sastra……………………………………….. 7
2.2 Pengertian Karya Sastra………………………………… 8
1 Novel………………….............................................. 10
2 Cerpen…………………………………………….... 11
3 Puisi………………………………………………… 16
BAB III PEMBAHASAN MASALAH
3.1 Unsur Intrinsik Novel
3.1.1 Alur/ Plot …………………………………….. 18
3.1.2 Penokohan……………………………………. 20
3.1.4 Latar/ Setting………………………………… 24
3.1.3 Gaya Bahasa………………………………….. 26
3.1.5 Amanat……………………………………….. 28
3.1.6 Tema…………………………………………. 29
3.1.7 Point Of View………………………………… 29
3.2 Unsur Ekstrinsik dalam novel Menyemai Cinta di Negeri Sakura karya
Lizsa Anggraeny dan Seriyawati
a. Nilai Agama/ Religi……………………………... 33
b. Nilai Estetika……………………………………. 35
c. Nilai Moral ……………………………………… 35
d. Nilai Sosial ……………………………………… 36
3.3 Sinopsis ……………………………………………… 37
BAB IV PENUTUP
1.1 Kesimpulan………………………………………….... 41
DAFTAR PUSTAKA
-----------------------------
PENGESAHAN
Diterima dan disetujui oleh guru pembimbing sebagai syarat mengikuti UAS dan UAN SMA Al-Islam 1 Surakarta tahun pelajaran 2007/2008.
Surakarta, ………
Kepala Sekolah, Pembimbing,
Drs. H. M. Zaini, M,Sc Ibu Riyanti BA
NIP. ……………………. NIP. …………………..
-------------------------------
MOTTO
Hidup itu memiliki makna. Allah akan memberi balasan kepada siapapun yang
Berbuat baik, meskipun kebaikan itu hanya sebesar biji dzarrah. [Penulis]
“Tidakkah kalian masuk surga hingga kalian beriman. Dan tidaklah kalian
beriman hingga saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan suatu amalan
yang jika kalian kerjakan niscaya kalian akan saling mencintai? Tebarkan
salam diantara kalian.” [HR Muslim]
--------------------------------
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya, sehingga penulisan karya tulis ini bisa selesai.
Maksud penulisan karya tulis ini adalah sebagai salah satu syarat mengikuti
UAS dan UAN di SMA Al Islam 1 Surakarta tahun pelajaran 2007/2008.
Tanpa adanya dorongan, bimbingan serta bantuan dari pembimbing dan beberapa
pihak tidak mungkin dapat menyelesaikan karya tulis ini.
Untuk itu, atas segala bimbingan dan bantuannya, tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Drs. H. M. Zaini, M.Sc, Kepala Sekolah SMA Al-Islam 1 Surakarta.
2. Ibu Riyanti BA, selaku guru pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan bantuan sehingga penulisan karya tulis ini dapat diselesaikan
dengan baik.
3. Ibu Umi Faizah Spd, selaku wali kelas yang telah memberikan semangat
dan dorongan sehingga penulisan karya tulis ini bisa terselesaikan.
4. Karyawan serta semua pihak yang tidak dapat
sebutkan satu per satu yang telah cukup banyak memberikan bantuan serta
fasilitas sehingga penulisan dapat dilaksanakan dengan lancar.
Penulis mengharapkan adanya pendapat serta saran yang bersifat
membangun bagi kesempurnaan karya tulis ini.
Penulis
---------------------------------
PERSEMBAHAN
Kepersembahkan kepada :
1. Bapak dan Ibu tercinta di rumah
2. Adik-adik yang tersayang dirumah
3. Rekan-rekan semua
4. Semua pihak yang berkenan membaca karya tulis
ini
---------------------------------------
KANDUNGAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL
MENYEMAI CINTA DI NEGERI SAKURA KARYA LIZSA
ANGGRAENY DAN SERIYAWATI
Karya tulis ini disusun dan ditulis sebagai syarat mengikuti UAS dan UAN
SMA Al-Islam 1 Surakarta tahun 2007/2008.
Oleh :
NAMA : ARIFATUN NISAA
NO. INDUK : 5805
SEKOLAH MENENGAH ATAS AL-ISLAM 1 SURAKARTA
2007
---------------------------------
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Lukman. 1967. Bahasa dan Kesusastraan Indonesia Sebagai Cermin
Manusia Indonesia Baru. Jakarta: PT Gunung Agung.
Anggraeny, Lizsa dan Seriyawati. 2007. Menyemai Cinta di Negeri Sakura.
Sukoharjo: Penerbit Samudera.
Arifin, Syamsir. 1991. Kamus Sastra Indonesia. Padang: Angkasa Raya.
Atmazaki, 1990. Ilmu Sastra: Teori dan Sastra. Padang: Angkasa Raya.
Henry Guntur Tarigan. 1993. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Jakarta: Penerbit
Angkasa.

Arti Peribahasa Sepandai-Pandai Tupai Melompat, Jatuh Juga

Peribahasa Bahasa Indonesia :
Sepandai-Pandai Tupai Melompat, Jatuh Juga
Bentuk Lain :
- Sepandai-Pandai Tupai Melompat, Pasti Jatuh Juga
- Sepandai-Pandai Tupai Melompat, Akhirnya Jatuh Juga
- Sepandai-Pandai Tupai Meloncat, Jatuh Juga
- Sepandai-Pandainya Tupai Melompat, Jatuh Juga
Arti Pribahasa :
Artinya adalah tidak ada orang yang sempurna di mana setiap orang pasti pernah berbuat kesalahan/kejahatan/kegagalan.
Penjelasan Contoh :
Orang yang cantik dan tampan belum tentu sempurna dalam hal lain seperti dalam hal kesuksesan, kepandaian, amal ibadah, kesopanan, kebaikan, dan lain sebagainya. Pasti setiap orang cakep punya kekurangan dan kelebihan masing-masing.

























Tidak ada komentar:

Posting Komentar